XtGem Forum catalog


A
Aku Kak Rudi Dan Mama

Sudah 2 minggu Papaku berada di luar kota karena urusan kantornya. Aku dirumah tinggal bersama Mama (41 tahun), Adik perempuanku (12 tahun), dan Kakak laki-lakiku (20 tahun), sedangkan aku sendiri berumur 18 tahun. Mamaku seorang wanita yang sangat menarik, wajahnya cukup cantik, kulitnya mulus, tapi aku nggak pernah kepikiran untuk menyetubuhinya, hingga pada suatu siang, aku nggak kekampus, adikku masih disekolah, sedangkan kakakku ada dikamarnya.

“Ataa…kemari sebentar, sayang!” Terdengar suara mama memanggilku dari arah kamar mandi. Aku langsung bergegas kesana,
“Ada apa, mama?” Tanyaku.
“Sayang, tolong diputar kran air ini, keras sekali” Mama hanya mengenakkan handuk yang tidak terlalu lebar di tubuhnya. Paha mulusnya terlihat jelas, serta belahan dadanya yang indah nampak juga. Darahku sempat berdesir menyaksikan pemandangan itu.Aku langsung menuju keran air dan memutarnya, ternyata keran itu benar-benar keras. Aku mengerahkan semua tenagaku, dan akhirnya air memancar dengan deras sehingga mengenai sebagian pakaianku.
“Aku jadi basah nih mama” Kataku.
“Buka aja pakaian kamu, biar nanti mama yang nyuciin” Aku langsung membuka pakaianku kecuali celana dalam yang aku kenakan.
“Itu juga kan basah, dibuka aja sekalian” Kata mama. Aku jadi malu telanjang didepan mama. Akhirnya aku melepaskan celana dalamku. Batang penisku setengah berdiri menggelantung di selangkanganku. Mama tersenyum,
“Wah, besar juga anu kamu” Wajahku memerah, mama kemudian melepas handuknya dan memberikannya padaku
“Nih keringin tubuh kamu dengan ini”. Aku sangat terkejut, mama tidak memakai BH dia hanya mengenakkan CD saja. Buah dadanya yang bulat indah terpamapang jelas didapan mataku.
“Kok kamu jadi bengong begitu, belun pernah liat yang ginian yah?” Mukaku tambah merah. Mama kemudian membalikkan tubuhnya dan segera mandi dengan air yang memancar dari shower.

Aku belum beranjak sedikitpun.
“Nak, tolong punggung mama disabunin”. Aku mengambil sabun cair, dan mulai menggosokkan punggung mama. Aku rasakan kulit mama yang masih kencang dan lembut. Punggung mama yang mulus aku gosok namun bisa desebut membelai dari pada menggosok punggung mama. Kami menghadap sebuah cermin besar yang ada dikamar mandi, hingga bagian depan tubuh mama terlihat jelas dengan payudara yang masih kencang dan besar juga putting payudara mama yang berwarna coklat tua namun sangan indah dan kontras dengan kulit mama yang putih. Mama memejamkan matanya menikmati usapanku. Jantungku berdetak keras tanda deras nya aliran darah di dalam tubuhku yang membangkitkan hormon kejantananku dan juga nafsu yang semakin naik.

Dengan tangan yang agak gemetar aku mulai memutar gosokan tanganku di punggung mama agak ke dapan dan membelai bagian sisi tubuh mama. Aku semakin tak dpat mengontrol nafsu dan libidoku. Jiwa ku bergejolak antara tidak atau lakukan untuk mulai merangsang mama. Namun pertahanan iman ku jebol juga. Aku dekatkan tubuhku yang bugil makin mendekat tubuh mama, dan aku dekatkan kepalaku ke leher mama. Lalu kemudian kuberanikan diri untuk muncium leher mama, tanganku mulai meremas buah dadanya.
“Jangan, sayang, ini mama kamu”. Tapi mama tidak berusaha untuk melemaskan diri. Aku terus meremas-remas buah dadanya. Aku rasakan buah dada mama yang kenyal dan empuk. Dengan sabun yang masih ada di telapak tanganku, buah dada mama terasa sangat licin namun aku sangat menikmati remasanku di payudara mama. Mama memejamkan matanya dan bibirnya mulai terbuka dan aku melihat mama menggigit bibir nya sendiri, mungkin mama juga menikmati perlakuan aku, anak kandung nya sendiri.
“Oohh..sshh..jangaann, Ataaa..”. Tiba-tiba mama sadar, ia berbalik kearahku, mukanya sangat marah dan.. “Plaakk” tangan kirinya menamparku. Aku dan mama kemudian diam seribu bahasa. Lalu mama bersuara
“Apa yang kamu lakukan tadi, kamu mau menyetubuhi mama?”. Aku masih diam. Mama maju mendekatiku, aku jadi takut kalau mama akan menamparku lagi. Aku semakin tak karuan karena ketakutan. Ingin rasanya aku langsung lari keluar dan tidak akan bertemu mama lagi, namun..
“Kalo kamu mau begitu, baiklah, terus terang mama juga terangsang dan ingin merasakan batang penis kamu ini, tapi jangan sampai orang lain tahu.” Mama berkata sambil memegang batang penisku yang sudah tegang.

Seperti mendengar petir di siang bolong..!! nafsu ku yang sudah tidak dapat aku kontrol akhirnya mendapat penyaluran nya dan gejolak jiwaku lepas sudah saat mendengar perkataan mama tadi. Aku langsung memeluknya, saat tubuh bugil ku bersentuhan dengan tubuh bugil mama yang basah seakan ada hentakan listrik di dalam tubuhku. Kulit tubuh mama yang lembut kini bersentuhan kulit tubuhku. Libido ku naik hingga puncakya. Dan entah apa yang dapat aku lukiskan dengan kata-kata saat aku mencium bibir mama. Bibir ku bersentuhan dengan bibirnya, ku cium dengan penuh nafsu, mama pun membalasnya dengan liar. “Mmmmmhh..mmmhhh”. Lidah kami saling beradu satu sama lain. Tubuh kami saling berhimpit, buah dada mama menekan di dadaku,terasa hangat dan sensasi yang mama berikan sangat indah dan nikmat. Penisku juga menekan bagian bawah perut mama yang masih terbilang agak rata walaupun ada sedikit menggembung. Aku rasakan kehangatan tubuh mama walaupun tubuh kami dalam keadaan basah.Tangan mama megusap penisku. Akh.. nikmatnya saat jari-jemari mama yang panjang lemtik dan telapak tangan mama mengusap permukaan penisku yang makin keras dari pangkal hingga ujung kepala penis, sementara tanganku berada di buah dadanya. Aku remas dengan nafsu,namun aku ingin mama juga menikmati remasan anak nya pada buah dada mamanya, aku berusana meremasnya dengan lembut namun..

Mama kemudian turun kebawah kemudian jongkok, wajahnya kini berada tepat didepan batang penisku yang sudah tegang. Mama menjulurkan lidahnya kekepala pelirku dan akhirnya memasukkan batang penisku kemulutnya.
“Ooohh..sshh..eenaakk mama..maa”. Mama terus mengisap batang penisku. Lidahnya menjalar diseluruh permukaan batang sampai ke kantung zakar. Hangatnya rongga mulut mama sangat terasa di seluruh permukaan batang penisku. Mama memainkan lidah nya di uah jakarku. Lidah mama menyentuh lubang penisku, lalu turun sewrah dengan urat penisku, makin ke pangkalnya, lalu mama megulum buah jakarku. Aku bergidik menahan dan merasakan kenikmatan itu, lidah nya kemudian naik lagi menuju kepala penis dan saat sampai di ujung penisku, mama dengan lahap memasukan lagi penisku ke dalam mulutnya dang kemudian menghisapnya dengan keras. Aku pegang kepala mama ku sambil membelai rambutnya dan agak sedikti menekan kepala mama ke selangkangan ku. Nafasku makin teregah-engah, lalu aku melihat ke bawah ke arah mama yang dengan nafsu dan cepat mengocok batang penisku di dalam mulutnya. Aku melihat ekspresi wajah mama yang cantik dan terasa semakin cantik saat melihat beliau mengulum dan mengocok penisku. Aku makin merasakan sensai itu saat mama memandang aku kemudian berusaha terseyum walau penisku masih ada di dalam mulutnya.
“Sayaaang, kalo kamu udah pengen keluar, keluarin aja, nanti mama telan” sahut mama sambil mengulum kepala penisku. Terlihat ludah mama membasahi seluruh permukaan penisku hingga terlihat mengkilat dan ada cairan yang sedikit kental yang menempel di antara bibir dan batang penisku.

Aku yang memang sangat menikmati perlakuan mama sudah tidak dapat menahan untuk orgasme. Sambil melanjutkan kocokan nya mama meremas pantat ku Aku kemudian menyemprotkan cairan spermaku… “Crot..crot..crot…” aku semprotkan semua air mani ku di dalam mulut mama. Sambil sedikit mengerang dan sedikit berteriak aku leaskan seluruh nafsu itu di dalam mulut mama ku yang cantik. Mama langsung menelan semuanya, semua calon cucu-cucunya mama telan habis. Aku merasakan hisapan kuat di penisku.terdengat suara “Glek..” saat mama menelan semua cairan kental dari penisku. Lalu mama mengeluarkan penisku dari dalam mulutnya, mama mengusap bibirnya yang basah oleh spermaku dan kemudian melanjutkan mengulum penisku membersihkan sisa spermaku. Tubuhku seakan lemas, lutut ku seakan tidak dapat menahan lagi berat tubuh ini, penisku mulai melembek dan terasa agak linu di ujung nya tapi yang aneh biasanya bila aku onani, setelah aku menyemprotkan sperma.

Tak ada 1 menit penisku langsung lembek dan mengecil namun saat ini mungkin kodisinya masih keras 80%, melihat itu mama lalu tersenyum. Aku di biarkan oleh mamaku untuk beristirahat sebentar,namun tidak sampai 2 menit penisku mulai mengeras lagi, nafsu dan libido ku naik lagi melihat mama yang bugil. Mama lalu berbaring dilantai,
“Naaakk, vagina mama di hisap yaa..!” Aku langsung membungkuk dan menjiati seluruh permukaan memeknya.Kelentitnya aku jilat dan kugigit-gigit. Aku mencium aroma khas kewanitaan mama yang mebuat nafsu ku tak terkendali lagi. Aku merasakan cairan vagina mama yang bening dan terasa nikmat dan gurih. Aku hisap lubang tempat aku lahir dulu, aku masukan lidah ku ke dalam vagina mama yang lembut dan hangat itu. Vagina mama makin basah oleh cairan vagina mama dan juga oleh ludahku.
“Ssssshhhh…yeeeeeaaahh…teerruuss sayaaang” Tidak lama kemudian, mama sudah tidak tahan lagi, tubuhnya mengejang, pantatnya bergerak-gerak tak karuan.
“Ataa..sshh..mamaa sudah maauu keluaarr…sshh..ooh..yeeess” Cairan putih mengalir dari lubang senggamanya, aku langsung menelan seluruh cairan itu. Emh nikmat nya..

A
Tiba-tiba pintu kamar mandi yang tidak terkunci itu terbuka, kakakku Rudi masuk, dia sangat kaget melihat yang aku dan mamaku lakukan.
“Apa-apaan kalian, awas nanti aku adukan ke papa”
“Jangan, Rudi sayang, jangan dilaporin ama papa, kalo kamu mau kamu boleh ikut juga”. Kata mama Sementara aku hanya diam dan tak tahuapa yang harus lakukan.
“Boleh nih mam?” Rudi langsung melepaskan pakaiannya. Mama merubah posisinya. Dia sekarang nungging, kak Rudi berada didepannya, penisnya sedang dihisap mama. Kak Rudi terlihat menikmati isapan mama di batang penis nya. Aku berada dibagian pantat mama. Bongkahan pantatnya ku remas, batang penisku kumasukkan kedalam liang senggamanya. Liang itu masih terasa sempit.
“Oohh…yeess…mmhh…sshh”. mama mendesah saat perlahan batang penisku masuk menusuk ke dalam vagina mami yang lembut dan hangat.Aku memaju-mundurkan pantatku. “Clook..clookk..clook” aku merasakan jepitan dan remasan otot vagina mami di batang penisku. Daging vagina mama yang lembu, basah dan licin semakin membuat gerakan keluar masuk penisku makin lancar. Sambil aku kocok penisku di dalam vagina mama, aku remas buah dada mama dari belakang dan juga aku cium bagian belakang lehernya. Aku remas pantat mama, aku belai tubuhnya yang maiknbasah oleh keringat. Aku pegang pinggang mama yang ramping sambil aku tarik seirama dengan gerakan tusukan penisku di dalam vagina nya. Mama tampak sangat menikmatinya. Kupompa penisku menghujam vagina mama. Pantatnya yang montok beradu dengan pangkal pahaku. Kupeluk mamaku dari belakang sambil terus bergoyang perlahan meremas payudaranya.

15 menit kemudian mama berbaring menyamping, kak Rudi menyetubuhi dari belakang. Pantat kak Rudi maju mundur, kaki kanan mama terangkat keatas, tangan mama mengocok-ngocok batang penisku. Suara erangan aku, rintihan nikmat kak rudi dan desahan mama memenuhi ruangan kamar mandi kami. Lalu, kak Rudi berbaring terlentang dilantai, mama naik diatas tubuhnya, penis kak Rudi berada diliang senggama mama, mama menaik turunkan pantatnya, sesekali mama membungkuk dan mereka saling mengulum di bibir.
“Maa, punyaku dimasukkan dimana niih” Tanyaku.
“Sini sayang masukkan di lubang pantat mama”. Kata mama sambil terengah-engah dan mendesah menikmati sodokan dari kak Rudi. Aku lalu jongkok di belakang tubuh mama, aku pengang pinggulnya agar pantat dan pinggul mama yang berputar dan bergoyang berhent, kak rudi tidak berhenti-hentiya meremas buah dada mama malah kadang mengulum putting payudara mama yang menbuat mama semakin keenakan. Aku lalu memasukkan batang penisku ke lubang anus mama. Aku rasakan lubang anus mama yang sempit dan juga hangat, dan dengan batual ludah gerakan masuk-keluar penisku di anus mama menjadi lancar.

Mama sangat menikmati perlakuan kedua anak kandungnya itu. Terlihat dari ekspresi wajah mama, mama mendesah nikmat, mengerang dan menjerit pelan saat kenikmatan yang mama rasakan makin memuncak. Nampak dicermin mama sedang disetubuhi oleh kedua anak laki-lakinya, posisi mama berada diantara aku dan kak Rudi.
“Sshh…sssshh..yeess..oohhyeee” celoteh mama yang makin tak kuasa menahan kenikmatan yang di berikan kedua anak kandung nya, dan benar tak lama tubuh mama tiba-tiba bergetar, bergidik dan diakhhiri desahan dan lengguhan panjang yang keluar dari mulut mama hingga tubuh mama abruk di atas tubuh kak Rudi. Kami yang menyadari mama telah orgasme mebiarkan beberapa saat untuk mama menikmati orgasmenya sebelum kami lanjutkan gerakan penis kami masing-masing di dalam tubuh mama.

Beberapa menit kemudian aku dan kak Rudi sudah hampir orgasme.
“Sini sayang,” kata mama. Mama jongkok dilantai, aku dan Rudi berdiri dedepannya. Mama mengocok dan mengulum penis kami berdua secara bergantian. Dan akhirnya ‘Crot..crot..crot..’ kami berdua orgasme, cairan sperma kami memancar hampir bersamaan. Aku dan kak rudi menikmati saat cairan kental dari penis kami muncrat dan memancar ke arah mulut mama. “srluup…srllllp… ” Mama menelan habis cairan kami. Sebelum menelan habis cairan sperma kami berdua, mama memainkan dulu cairan sperma kami berdua di mulutnya dan memperlihatkan kepada kami saat cairan putih kental itu memenuhi rongga mulut mama. Memang tidak semua cairan sperma kak rudi dan aku mama telan ada sebagian yang menyebar di pipi mama. Lalu akhirnya mama kembali menelan calon-calon cucunya lagi. Mama membersihkan bibirnya dari sisa air mani kami berdua dengan mengusapkan tangan nya, lalu kami berciuman.Lalu kamu bertiga mandi bersama-sama. Sampai sekarang kami bertiga sering bersetubuh. Kadang-kadang aku dan mama tanpa kak Rudi atau sebaliknya, tapi tanpa sepengetahuan papa.
Free mobile website builder
Lebih Dari Suamiku

Setiba malam di rumah nenek aku sangat senang karena suasana daerah yang berbeda, malam itu aku di sambut dengan nenek dan kakak sepupu ku, tapi kulihat kakak irma banyak perubahan, dia agak lesu dan kusut seprti orang kurang percaya diri, melihat laki-laki, yang ku tahu dia sudah bercerai 1 thn lebih, ketika lulus kuliah memang dia langsung kimpoi, tapi penyebab dia bercerai aku masi ragu, tapi semua hanya ku pendam dalam hati ku, semua adalah keperibadian dia, aku menangapai dengan santai sebab liburan naik kelas dua ini aku hanya mau istirahat, kakak rima mengajar di slah satu smp swasta di kota tersebut, memang umurnya masi sekitar 28 tahun, dia sebenarnya cantik dan seksi karena dia memeliki beban metal jadi bawa diri itu yang membuat seperti itu.

Malam itu kami becerita namun kakak irma menatap ku seperti benci dengan lak-laki, bima.., iya nek.. sini nonton sama kami, ketika aku nonton suara tv agak keras sedikit, nenek pun sudah kurang pendengarnya, tak lama aku menonton kakak rima bergegas ke kamar, rima kamu mau ke mana, aku mau tidur nek, besok ada penerima siswa baru, aku musti ke sekolah, selama dua hari aku di perlaku sekilas saja, rupanya siang itu setelah aku dan nenek merapaikan perkarang dan taman nenek, aku msuk dan minum, nenek duduk di meja makan sambil melepaskan sarung tangan, bima ambilkan nenek gelas, iya nek.., bima aku mau cerita tentang kakak mu si rima, kak rima itu adalah sama dengan kamu, sama2 cucu nenek, cuman dia dari suami nenek pertama, anak nenek dari suamai pertama ada 5 dan setelah kakek rima meninggal, nenek menikah lagi sekitar 3 tahun kemudian dengan sahabat perang kakek rima, dan memeliki anak a jadi ibumu itu anak ke 8, ibu mu dengan ibu rima dulu akrab ibu rima yang paling sayang ama ibu mu, kemana aja di gendong, oh ditu ya nek, rima itu cucu nenek perempuan ke dua, kamu cucu pertama laki2 dari kakek mu maka dari itu aku memawa dia kesini untuk menemani aku, setelah bercerai, sunguh sedih nasib dia, aku sayang sekalian dengan irma, kok bisa bercerai, iya dia sudah menikah 3 tahun tp tidak memeiliki keturan, ketika dia cek kedokter, dia di fonis mandul dan ganguan rahim, tanpa pikir panjang aku lngsung membawa dia, dia hampir gila karena ini semua, dan lakinya langsung menceraikan, di sinilah nenek meyakinkan dia, untuk tetap mengerti dan menerima semua, bima tapi kau cukup tau saja ya, jangan sampai dia tau, kasihan dia.

seandainya ada yang bisa bikin dia semangat pasti rumah ini tidak sepi, aku ingin rumah ini ceria dan ramai, kok gitu nek, setiap ada acara keluarga dia selalu memelih untuk di rumah. Aku jadi sedih, tapi itu pula kemau dia, ya aku diama saja, tak lama bercerita, kakak rima pulang, eh rima sudah pulang kamu, iya nenek sekolah kami sekarang ini banyak menerima anak baru, hampir 7 kelas unutk tahun ini, cukup lumayan untuk peningkatan sekolah kami, nek.. aku mau minta pendapat, 3 minggu lagi aku mau di tes menjadi wakil kepala sekolah.. gimana nek.., wah bagus tuh, nek aku kekamar dulu ya, nah bim.. kamu lihat itu saja kerjanya, bicara sebentar langsung kekamar, jadi tak bisa berharap besar, ya sudah lah nek, nenek langsung menuju kamarnya, aku berniat mandi tak sengaja kulihat dia dari celah pintu yang sedikit terbuka sedang menyisir, kakak rima memang masih cantik, hey ngapai kamuaE|, aku langsung terbengon, ah ngak kakak, aku mau mandi kok, ya udah sana mandi, aku langsung menuju kamar mandi dan membayangkan kakak rina, bima kamu dimana, mandi nek, cepet ya nenek ada perlu, aku langsung menyelesaikan mandi dan berpakaian langsung menuju ke kamar nenek, apa nek, tolong kamu belikan obat nenek di apotik, iya nek.. eh ongkosnya nek, pake motor kakak rima aja, iya nek, aku langsung menuju kamarnya, kakak aku boleh pake motor, mau kemana kamu, aku di suruh nenek beli obat, dia mebuka pintu langsung meberikan kunci, hati kamu pake barang aku ya, oke bos, apa kamu bilang bim.., iya kakak ku yang cantik dia tersenyum hanya 0,001 persen, oh sunguh berat hidup ini, susah mencari senyum. Malam itu kami ngumpul di ruang tv dia mulai berbicara, walaupun hanya beberapa kata, rima.., iya nek.

besok aku mau ada acara di gedung darma wanti ada arisan veteran, aku minta di antar bima, boleh pake motor kamu jam 1 mungkin, tapi nek, iya nenek ngerti kamu butuh, tapi nenek tadi telepon papa kamu ngak bisa, jadi karena ada bima ya nenek minta tolong saja, gini aja kamu pagi di antar ama bima nanti siang pulang di jemput, nenek jam 6 udah pulang kok paling diantar ama bu bondan, iya kalau gitu. Pagi menjelang aku di Bangui oleh nenek, bima kamu bangun kamu digigitin nyamuk tak terasa gimana sih kamu, aku langsung mengantar kakak rima kesekolahnya, selama di perjalan dia tidak ada bicara 1 kata pun kulihat dekat sekolahnya, ada polisi tidur pura meleng sedikit, aduh.. bima pelan dong, terasa buah dadanya tersentak, eh maaf kakaE|, bima masi ngantuk, sesampai depan sekolah dia langsung mewanti-wanti aku , kamu bawa nenek pelan ya, oke kakak yang cantik, apa sih kamu, aku langsung pulang dan ku bayangkan dia mulai bebicara walau hanya sepatah dan wajahnya yang cantik, siang itu ketika aku hendak mengatar nenek hari mulai gelap, telepon rumah berbunyai, aku kembali mebuka pintu dan mengangkat tlp.

Halo bima..
Iya ini sapa..
Kak rima.. apa kamu belum berangkat baru aja mau jalan,
Ya udah cepat antar hari mau hujan terus jemput aku ya,
Oke kakak ku,

Aku mengantar nenek dan langsung menuju sekolah kakak rima, ku rasakan hari mulai gerimis, aku langsunng melaju dengan motornya, kulihat dia menunggu di depan gerbang, aku langsung pulang, baru 500 mtr hujan mulai turun lama mulai lebat baju ku basah, begitu juga kakak rima, bima terus langsung pulang aja, ya kakak, dia memegang pingang ku, pelan sedikit bima, iya kak, kami sampai di rumah, kakak rima membuka gerbang dan menunggu motor di masukan, aku langsung menuju teras rumah dia menutup gerbang dan menuju ku, mana kunci rumah, kulihat baju basah dan buah dadanya yang besar berceplak sehingga terlihat model bentuk Bhnya, kami langsung masuk, dia langsung menuju kamar dan mengambil handuk, ketika itu aku juga ingin mebilas badan ku jadi aku hanya mengunakan handuk karena baju sudah basah kuyup, ketika hendak lewat kakak rima berlari kecil di depan ku dari kamar mandi.

entah setan dari mana aku langsunng masuk kekamarnya da memeluknya, bima.. apaan kamu, plak.., aku semangkin memeluk dia semangkin berontak, dan mencium bibirnya, dia berusaha berontak, aku terus mencari bibirnya, sehingga handuk agak tersisi dan buah dadanya terlihat, aku langsung meremasnya, bima kamu gila, aku gila dengan mu kak, aku langsung membuka handuk ku, batang ku mulai tegang dan menyetuh pahanya, dan menyedarkan kakak rima ke diding, bima apa apaan sih kamu, batangku semangkin tegang aku berusa membuka handuknya, dia sdikit menahan, tapi lama terlepas, dan aku mecium bibirnya dia masih berontak, lama aku semangkin nafsu, bima sudah.. jangan kau lakukan, aku menusuk pelan batangku , lalu ku rengangkan kakinya dangan kaki ku, tangan ku mulai meraba buah dadanya, dia semangkin berusa berontak, aku mulai measukan batang ku ke vaginanya, bima jangan, bima sudah perbuat gila mu, aku terus measukan batang ku, bimaaE| jangan, lama batangku semangkin dalam masuk, di mencoba mendorong tubuh ku, aku semangkin mengila.. menyodok batangku, kak rima, bima tau semua tentang mu, biar bima senengin kamu, kamu gila bim.., batang ku semangkin amblas, dia merasakan, dan mulai lemas karena ku pasak menempel di dinding, aku semangkin mengoyangkan pantat ku, walaupu dia agak shok tapi dia merasakan batangku, keluar masuk, bima sudah, kak aku mengerti kamu butuh biologis mu terpenuhi, kamu gila bima.., dia terus menhan badanku, aku semangkin mengenjot lebih cepat sehingga dia terus menikmati, sudah lebih dari 12 menit, batang ku mulai mencapai kelimax, ach..ach.. crot air mani ku kutambak di dalam, dia menolak tubuh ku dan berbaring di kasur, aku langsung mencium keningnya.

aku keluar dengan rasa puas, dia lalu mengunci kamar, dan keluar lagi ketika nenek pulang kulihat dia benar marah, dia tidak pernah mau melawan nenek apa yang di bilang pasti di turuti walau hatinya malas. Rima.. makan yuk, kami makan dia benar2 diam seribu bahasa, setelah itu, lalu dia kembali ke kamar, nenek menuju kamarnya kamu kok lain ama bima, aku benci dia, dia bawa motor ugal-ugalan, ya sudah jangna marah, suruh dia pulang aku benci dia nek, ah kamu rim masa gitu aja marah kalian kan kakak adik.. jangan saling membenci lah, apa yang harus nenek perbuat, aku mendengar apa yang di bilang kak rima, kenapa dia tidak mengadu perbuatku, nenek pun keluar, aku dan nenek nonton tv, bima nenek ngantuk rasanya caoek sekali hari ini, nenek langsung masuk kamar, tak lama keluar lagi, rima sini nenek mau bicara, bima sini kamu.., kak rima keluar dari kamr, sini kalian duduk, kalian kenapa, ah ngak apa kok nek jawab aku, benar ngak ada masalah, rima kamu tuh berubah dikit, aku benci lihat dia nek, gini supaya kalian akrab kalian ku suruh tidur bersama bima kamu pake kasur mu tidur kamar kak rima di bawah, apa nek.. rima ngak mau, bima terserah nenek, ya udah rima ini adik mu juga kan, kalau kalian saling membenci akan abis rasa saudara kita, ya udah nenek mau tidur, kak rima langsung menuju kamar, tapi kamar tidak di kunci, tak lama aku masuk dan mengelar kasur di bawah.

aku berbaring, aku langsung mencoba memanggil tapi dia tak menjawab, lalu aku naik tempat tidurnya, ka.. ka.. maaf bima ya, ka rima mengangis, kau jahat bima aku benci, aku langsung tak bisa berbuat apa lagi, kau tau apa yang tadi siang kau perbuat, kau telah menghancur apa yang telah hancur dalam diri ku, sambil terseduk, aku minta maaf kak, bima seharusnya tak kau lakukan perbuatan bejat itu, aku manusia yang hina dan di campakan suami ku, memang aku tak bisa memberikan keturan pada suami ku, adalah hal yang pahit buat ku, semua naluri ku terhadap keinginan untuk biolgis ku pun sudah ku pendam namun kau datang dengan menghina ku, seperti ini bim, aku benci kamu bim, kak aku minta maaf.. ka, maaf tidak pernah mebuatku senang aku masih terpukul dengan ini semua, aku bergegas keluar, bima kamu benar2 jahat, kak rima berdiri, aku sudah hancur, dan sekang kau mangkin hancurkan diri ku, ketika aku mencapai pintu, dia menampar ku, plak.. kau memang kurang ajar, air mata semangkin deras mengalir, aku terdiam di depannya dan tidak bisa berbuat apa lagi, dia mengunci pintu, bima apa mau sekarang, kak maafkan aku, plak..aku pun di tamper lagi.., dan menunduk, nih pisau kau bunuh saja aku, gila kamu kak, ayo bunuh biar nafsu puas, dia membuka tali dasternya sehingga jatuh bajunya, apa aku mau perkosa aku lagi ayo, air mata yang semangkin bercucuran, membuat ku lemas, ayo bim.. sandarkan aku ke dinding, sambil membuka BH dan CDnya, nih teteku isap, ayo bimaE|, kak maafkan aku, aku langsung menarik bajunya dan menutup tubuhnya.

ka rima.. aku benar kilaf aku.. ngak sengaja, kau bener ngak ngerti perasan ku bima, aku tinggal di rumah ini untuk menutupi aib ku dari semua ini, kak maaf kan aku, aku langsung memeluknya, dan melemparkan pisau dari tangannya, dia langsung memeluk ku, dan tetap menangis, aku sudah tidak punya arti bim, kenapa kau lakukan ini semau, kak.. aku minta maaf.. maafin aku ya, dia tidak menjawab, aku langsung menunutn ke tempat tidur dan mendudukan, aku langsung keluar dan mengambil air putih, kak minum dulu, nih, setelah minum aku meletakan gelas dan menuju kamar mandi aku berpikir ah malam ini dia pasti pengen lagi, aku langusung melepaskan CD ku dan hanya mengunakan celana saja, aku kembali dia masi duduk di kasur dan sambil menangis, lalu aku mengunci kamar, aku membarikan tubuhnya dan mengakat kakinya, aku duduk di sampingnya, tanapa perintah aku langsung merbahkan badan ku di sampingnya dan menghadap dia, dia masi menangis, kak suadah jangan nangis dong, dia masi terdiam, lama dia membaliakan tubuhnya dan aku dibelakangi, kak masih marah ya, aku meraba pinggannya, kak rina meraih tangan ku, aku menempelkan tubuhku tubuhnya, kak.. jawab dong, dia malah terus mengemgam tangan ku.

dia membalikan badan kini kami berhadapan, aku membuka baju ku, dan mencium bibirnya, dia tidak membalas namun hanya terdiam, aku membuka baju dia tetap diam, aku membuka celana ku, kami sudah telanjang, kak rima tetap diam, aku mulai mengakang kaki, dia tak memolak dan tetap diam, aku mulai memeluk tubuhnya dari atas, dan memcium bibirnya dia tetap tak membalas, ketika aku memasukan batangku, kak rima terus memandangku, aku mulai menusuknya, lama dia merasakan batang ku, ehm.. ehm.. ehmm.. sambil mengigit bibirnya, ehm..ehmm.. ehmm.. ehh.. eh.. ehh.. eehh.. ehh.. eh.. eh.., kulihat dia mulai memejamkan matanya, eh.. eh.. eh.. ehm.. ehmm.. ehm.. eh.. ehm.. ehm.. eh.. ehmm.. aku mencium bibir dan ka rima baru membuka sedikit demi sedikit aku bisa memasukan lidah ku dalam mulutnya, aku terus megoyang pantatku naik turun, ku rasakan vagina mulai licin, ehm..ahm.. ahm.. ah.. ah, vagina yang mulai memanas dan mulai menyodot batang ku, ah.. ahaE| aaE| ah.. ehm em.. dia terus memegang kain seperai dan lama menarinya, eh.. ehm.. eh.. ehmmaE| lama2 tubuhnya mulai gementar seakan mulai merasakan kenikmatan yang telah hilang, eh.. ehm.. em.. eh.. em.. eh.. eh.. eh.. eh.. aku semangkin menikmati, nafas kak rima semangkin kencang, eh.eh..eh. eh.. eh.. eh..eh ehm..eh.. eh. Eh..eh.. eh.. eh.. dia mulai melemparkan kepala kekanan dan kiri, ha.. ha. Ha.. ha..ha.. ha.. aku mencium lagi, ka.. kak rima, di menatap ku, seperti pandang yang bahagia, kak..aku udah mau keluar.., dia masih diam, lama batang ku semangkin mengeras.. dan vagina dia seperti mengigit batang ku, tubuh ka rima seperti tersentak-sentak.. ah.. ahhaE| ahh.. acchh.. ahh..bima, aku mulai mencapainya, kak.. ach ach.. ach.. crot.. crot kutembak kan air mani ku, di dalam vaginanya dan dia hanya terdiam, aku berhenti sejenak, ketika aku hendak mencabut batang ku, tangan kiri menahan pantatku, bim.. biarkan di dalam, aku langsung memeluknya, betigu juga Dia memeluku.

Aku melepaskan pelukan darinya, dan aku berbaring di sebelahnya, tak lama kak rima menetaskan air matanya, kak.. kakak marah dengan ku, dia malah mebelai wajah ku dengan sedikit senyum, kak aku di bawahya, aku berdiri dan menyelimuti dia, dia masih menatap ku, aku mula berbaring, tak berapa lam dia menarik tangan ku, untuk bermaksud agar aku tidur dekatnya, kak rima nengakat selimuat, sini.. aja ya, dia memandang kulagi, ka.. kakak kok ngak ada bicara, tangan karima meraih tangan ku agar aku bisa memeluknya, bima.. kenapa ini terjadi ama kita, air mata pun mentes, sudah lah kakak.. aku tak tau ini bisa begini.. kak apa kakak membenci ku, aku tidak bisa membenci mu bim, aku sudah tak tau musti berbuat apa, kulihat sudah jam masih jam 9, aku masi ingin main, aku medekap tubuhnya dan kepala ku ada dibawah dagunya, selangan berapa lama, kak rima mencium keningku, ketika aku hendak meraba vaginanya yang berbulu lebat dia menarik tangan ku, bima jangan.., aku diam saja, aku ingin di peluk bim.

Aku memeluknya, dan mencium bibirnya, kini dia mencoba membalas bibir ku, lama2 batang ku bangun lagi , kak.., iya bim.., aku langsung menidihnya lagi, dan memasukan batang ku, eh.. eh.. ehmm. Eh.. ehh. Eh.. eh.. emm.. em.., goyang semangkin cepat, ahaE| ahh.. ahh.. ahh.. ahhaE| ah.. ahh.. aahh.. aaaE| a.. ahh.. bima.. ahh.. aa.. ahh.. aahh. Ahh. Aa.. bima.. aauhhaE| auhh.. tangan mengemgam lengan ku, bimaaE| ahh.. vagina semangkin lama semangkin licin, aau.. auuaE| au.. auu.. au.. aahh.. aahh.. aahh.. aku mencium bibirnya, kini dia membalsanyan, sambil mengoyang dia masih menikmati bibirku, aku melepaskan bibirnya, dan terus mengoyangnya, bima.. aah.. aaaE|aaahh.. aa.. aaahh.. bima.. bimaaE| ah.. nafasnya semangkin cepat, heaE|he..he.. hem..hem.. he.. he..he.. he.. hm.. hm..hm..hm.. he..he..hmaE|hm.. he.. bimaaaE| ha.. ha.. ah..ah..aaaaE| ahh.. aa.. aaaaE| aahh.. kakak rima udah mencapai puncak nya, kami sudah berkeringat, badan dia bergetar dan seakan berontak, ah.. ach..achh.. bimaa.. ach..achaE| achh.. semangkin lama2 badannya semangkin kuat untuk berontak seperti tak tahan, bimaa.. achh.. achh.. hampir 10 aku terus mengoyang, vagina semangkin panas dan menyempit, bimaa.. ach..auchh.. auchh.. bimaaaaE|, rasanya kepala batangku seperti ada yang mengigit dan membuat ngilu, ini bener seperti bermain tanpa beban aku bisa menikmati, bimaa.. aku ngak sangup lagi, iya sedikit lagi.. aku udah mau keluar..acchh..achhaE| achh.. ka.. kakak achhaE| achh.. bimaa.. aaucchh.. crot..crotaE|crot.. air mani ku menembang sebebasnya, aku langsung terkapar di sebelahnya.

Kakak rima mebalikan tubuhnya dan memebelaki aku, sambil meraih tangan ku, Bima peluk aku dan jangan kau lepas sampai aku tertidur, kakak jangan menagis ya, kak apa kau akan pergi esok ke acara keluarga, aku tidak akan bim.. aku malu dengan semuanya, kak kau malu karena kepercayaan diri mu sudah hilang, lihat besok saja bim, aku di samping mu selama aku disini. Aku yang akan membangkitkan gairah mu kak, terserah kau bima, sudah jangan di bahasa, aku ingin menikmati tubuhku di pelukan mu adik ku. Aku mebalikan tubuhnya dan kami berhadapan, batangku berdiri lagi kuraih tangan untuk memegang batangku, bima.., iya kakak.. penganglah, aku sambil ku tuntun tangannya unutuk mengocok batang ku, dia lama2 mengocok pelan2 hingga air mani ku keluar di tangannya, bima.. kamu, maafkan aku kak.. aku hanya ingin melihat tersenyum mu sampai kapan pun, aku langsung memeluknya dan mengepit pahanya, lama2 dia tertidur dalam pelukkan ku hingga pagi.

Sebelum nenek bangun rupanya dia sudah bangun, bima bangun udah pagi.. pakai baju mu nanti nenek tau apa terjadi kita malah bermasalah, dan terus tidur di bawah gih, kakak rima memeakai bajunya dan mebuka kunci pintu biar ngak jadi masalh. Apa yang dibilangnya benar, sekitar 1 jam kemudian nenek memangil ku, bima.. bima.. iya nek, udah jam 7 kamu masih tidur, mana kakak mu, di kamar nek tidur, panggil dia, aku memanggilnya dengan cium pipinya, nenek mangil tuh.., rima kamu nanti ikut ngak, aku malas nek, loh gimana sih udah 8 bulan kamu tidak pernah datang, ya sudah terserah kamu lah rima, nek.. nenek kan tau, iya kamu bisa sama bima ngobrol dan pasti ayah mu akan bertanya, liat nanti lah, dia masuk kamar, nek biar bima yang atur ya.., coba lah bima, aku bicara sama dia, bima.. bima.. iya nek, tolong kamu kepasar, nenek mau bawa lauk buat acara nanti, tolong belikan barang ini yang sudah nenek catat, aku langsung cuci muka dan pergi kepasar, dekat rumah nenek naik motor kak rima, setelah belanja aku melihat salon tak berapa jauh dari pasar sudah buka, ini ide aku, unutk membuat dia cantik.

Aku langsung menuju rumah setelah itu nenek masak, hingga selelsai, kulihat udah jam 9 lewat, nenek udah mau mandi, bima kamu temenin nenek ya, nek aku bisa ngajak kak rima ke acara itu, gimana ya udah nenek mandi aja, aku mau bawa dia pergi sebentar, nanti nenek ku antar dan dia ku bawa, iya deh bim terserah kamu, aku langsung menuju kamarnya, kulihat dia sedang menyisir dan belum mandi, kakak.., apa bima.., kak percaya ama bima, kenapa bima.., kakak percaya dengan ku, ada apa bim.. kamu kenapa bima, kakak harus pergi ke acara itu, bima kau lihat aku bima, jangan aku makin sakit hati, oke aku ngerti tapi sekarang ikut aku dan danti baju kakak, aku belum mandi bim, aku mengajak kakak saat ini tidak ke acara tapi ke tempat lain dulu, baru ke acara itu, tapi bima sudah percaya ama bima ya sekali aja, kami berangkat ke salon, sesampai di sana aku menyuruh salah satu pegawai memotong rambutnya sedikit dan membersihkan wajahnya, agar kelihatan cantik.

lalu ku tinggal dia dan aku pulang untuk mengantar nenek ke acara itu, bima kamu dari mana, kak rima mana, nek dia di salon.. aku mau membuat dia percaya diri lagi, bener itu bima.., iya nanti nenek liat aja, aku langsung mengantar nenek dan menjemput nya, sesampai di rumah kami hanya berberdua. Dia terus memandang wajahnya yang berubah, aku melihat dari pintu, bima apa ini aku, iya kak.., iya bima ini aku.., aku memeluknya dari belakang, lalu ku buka pakainnya, kak ada satu lagi. Sini ikut aku, aku menuju kamar mandi dan mengambil pisau cukur dan gunting, aku langsung meberiskan ketiaknya dan jembutnya, begitu aku mencukur jembut ku, kami langsung mandi, dan kembali kekamar, kakak kita pergi ya, iya bima, aku memeluk dari belakang, dalam keadaan telanjang. Aku mencuim lehernya sambil meraba buah dada yang berukuran 38B dan memainkan putingnya yang berwarna coklat, ih bima geli ah, aku langsung mebalikan badanya, kakak rima sekarang kamu cantik tubuh nu masih mulus dan buah dada mu masih indah, lihat diri mu, bima makasih ya, aku mencium bibirnya dia membalasnya, dan melepaskan, udah ah.. katanya mau pergi, dia memeluku sekejap dan mencium pipi ku, makasi ya bima, aku mengatur pakaian dia semua, kulihat dia memang cantik.

Sesamapai di sana, nenek terkejut melihat kak rima, langsung memeluknya dan memegang pipi ku, bima kamu hebat bisa membuat kakak mu tersenyum, tak lama papanya datang bersama ibu kakak rima, ini anak si yanti yang dari Jakarta itu kan, iya bude.., kakak rima duduk dan membelakangi mereka, mama kakak rima tau pasti dia tidak mau ikut, bu si rima mana dia ngak ikut lagi, nenek malah tersenyum, ngak dia ngak ikut, sambil tersenyum, kakak rima berdiri dan memandang mereka berdua, tuh rima anak mu (sapa nenek), ma.. pah.. apa kabar, rima.. kamu itu nak, iya bu.., kamu cantik sekali, papa rima terbenngon melihat anaknya, hai bima apa yang kau perbuat ama kakak mu, ku paksa ke salon terus ku tarik ke seni, hebat kamu bima, kami semua tidak bisa melakukan kamu bisa, kak rima tersenyum dan memang tangan ku, iya pah dia yang membuat ku seperti ini, tak lama aku di panggil ama papa kaka rima kami bicara penting di belakang, bima.. kamu hebat.. oh ya gimana sekolah mu, ya baik om, kami semua udah putus asa dengan kakak mu, satu caranya om berikan kasih sayang dan perhatian serta berusaha lah berkomunikasi, dia keras tapi aku berusaha komunikasi dengan dia walau pun dia kadang2 malas, namun aku selalu meminta maaf pada dia selama beberapa hari ini jadi dia mau mengerti semua.

Dan meyakinkan dia om masih ada yang menyangi dia itu yang ku bilang, bener kamuaE|, kamu seperti ibu mu cukup dewasa, makasi om.., om ada usul, apa om, kamu mau tolong om, apa om, kamu tinggal bareng mereka mau, ya sekolah aku gimana, kamu di Jakarta sekolah apa, aku stm swasta, oke om yang nangung asal kamu mau pindah, gimana ya om, semua om yang kasih asal mereka bahagia, nenek mu juga ada yang jaga kalau ada kamu, aku pikirin gimana dan aku Tanya mama ku di Jakarta. Oke besok aku bilang ke orang tua mu juga dari kantor, baik om.., acara hampir selesai semua memperhatikan kakak rima dan aku memeprhatikan dia dari jauh, lalu dia memeprhatikan sambil tersenyum. Tak lama nenek sakitnya kambuh karena kecapean, kai semua panic untuk anak nenek ada dokter langsung membawa kerumah sakit. Acara pun bubar aku pulang bersama kakak rima, ketika di jalan di memeluk ku, bima ke mal aku sudah lama tidak kesana, iya kakak.., sesamapi di sana setelah belanja baju tidur, kami pun muter2 ada sosok mata laki2 bersama wanita memandang dengan tegas, kakak ada yang kita, iya bim dialah suami ku, kak rima sengaja melewati di depannya, hai yanto apa kabar.., hai ri..rima.., ini anak mu.. i..iya.., oh lucu juga.. sayang aku ngak bisa memberikan keturunan.. sudah ya aku mau beli celana buat sepupu ku.. salam dengan istri aku tau dia sahabtku itu dulu.. sekarang aku sudah tidak kenalaE| mari to. Kami langsung mencari celana buat ku, dan mencari makanan buat bawa pulang, bima.. aku seakan puas hari ini seperti kehilangan beban, aku tau kakak menyapa suami kakak tadi ngak.., spertinya terlampiaskan semua.., kami langsung pulang dan sesampai di rumah sudah jam 7, aku langsung mencoba celana baru ku, gimana kak.. bagus.. aku mandi dulu ya, iya kak, dia sudah malu lagi terhadap ku, kakak rima langsung masuk kamar, ketika aku melepas celana,

kakak rima di depan pintu, memperhatikan ku.., aku mengerti maksudnya, aku langsung menuju kekamar dia pun masuk kamar dan menunuggu ku, kak.., iya bima.., aku langsung melepaskan kancing bajunya, dia pun membuka kaos ku, kami sudah telanjang bulat sambil berdiri, bima.. kamu yang mebuat ku menjadi seperti ini lagi, aku bahagia bima, iya kakak bima hanya ingin kakak tersenyum.., dia mengecup pipi ku, makasi ya bima, aku serahkan semuanya untuk mu, aku merebahkan tubuhnya di kasur.., dia langsung mengangkang, dan langsung ku masukan batang ku, ah..a.. ah.. aa.. aa.. aku mulai mengoyang hinga kurasakan batang ku mulai panas, aah.. ah.. aahh.. aahh.. aahh.. aahh.. aaaaE| aaa.. aa.. aaa.. aahh.. bimaa..auhh.. auhh..auhh.. bimaa..auu.. auuu..uhhaE| uhh.. uhhaE|uhh.. uhh.. uuuhhh.. uhh.. vagina mulai basah.. ach.. bima..ahh.. aa.. aa.. auuhh.. bima ach.. aaaa.. aaa.. aaaE|. Nafas mulai terasa.. aa.. bima.. ha..ha..haaE| haaE| ha.. semangkin pajang nafas dia.. ha.. ha.. ha.. ha.. ha.. bima.. aku sudah tak kuat.. badan dia semangkin bergetar.. dan berontak seakan dia mencapai kelimax.. haahh..achh..ahcchh.. bimaaa.. ahh.. ahh.. aahhaa.. aa..aahhaE| aaahhaE| bimaaa.. aaaE| auuuaE| uhhff.. uhf.. uhfaE| aachhaE| achhaE| tubuh kami sudah berkeringat, aku semangkin tak kuat menahan gejolak ini, semua aku mulai terasa mau keluar hampir 10 menit aku diatas, kak rima.. aahh.. iya bima.. aahh.. aahh.. sudah aahh.. aahhaa.. bimaa.. aahh.. aaaE| aaaE|. Iya ka.. bima mau keluar.. cepat bimaa.. kakak udah ngak kuat.. aacchh kak..bima..ahh..kak achh.. aah.. achh.. crot . crot..aku langsung menembak di dalam lagi, bimaaE|., iya kakak ku, makasih ya dik.., rasanya aku sayang ama mu bima sekarang, kakak apa kakak udah melepas semua permasalah hidup kakak, kau yang melepaskan beban ku bim, udah bim.. mandi yuk, kami langsung menuju kamar mandi , di kamar mandi aku langsung menghajar lagi tanpa pamit, dia cukup senang.

selasai mandi kami langsung makan dia kembali kekamar lalu dia keluar dengan kimono dari kain sutra yang di beli tadi, ih cantik bener, ahhaE| malu ah.., sini deket bima duduk sini sambil nonton, dia jalan seperti anak yang di ejek jadi malu, apa sih bima ini, sini.. aku menarik tangannya, kami duduk sambil menonton tuh kakak di tv.. itu happy salma, lalu ku ajak dia duduk dibawa sambil ku suruh dia tiduran depan ku, kak sini depan bima sambil tiduran, ah bima.., iya sini aja.. dia mau apa yang kusuruh, lalu tangan ku yang memegang lengannya, langsung di tariknya ke buah dadanya, bima.., iya apa.., bimaaE|kamu sekolah disini aja ya.., kak.. tadi papa kakak suruh aku begitu, aku suruh sekolah di sini, iya bima mau kan.. kakak maunya bima ama kakak di sini, nanti kita nikah juga kak.., ih kamu kok udah ke situ pikirannya, bima kamu tidak boleh menikah dengan ku.. kamu musti punya anak, seandainya istri mu seperti aku lebih baik kamu mengadopsi anak, loh kakak kenapa ngak mau, suami ku yang tidak mau.. aku mau kok, iya nanti ku bilang ama mama dan papa di Jakarta, bener bima.. kamu mau, dia langsung mebalikan mengangkat tubuhnya sehingga kepala dia ada di dekat dada ku, dia terus memeluku, oh bima.. aku sayang kamu, iya kak makasi ya, tapi ada syaratnya.., apa bima.., gimana kalau malam ini kita main dengan variasi, maksudnya, ya kita ganti-gantian.. aku diatas terus kakak diatas, ih apa sih ngomongnya ngelantur ah, mau ngak.., iya bima aku mau, kulihat jam udah jam 10 kurang, bima tidur yuk.., yuk.., ketika dia bangun aku langusng mengendonya, ih apa sihaE|.bima.., dia langasung merangkul ku.

Aku meletakn di tempat tidur.., bima.., iya tunggu aku periksa pintu ama celenda.., jangan lama ya, ketika aku kembali dia sedang menyisir di meja riasnya, udah cantik bidadari ku, sambil mengelitik pinggannya, eh geli ah.. dia langsung mebalikan badannya, kamu bisa lebih dari suamiku, iya kak.., aku ingin bikin kamu lebih dari suami ku malam ini, sambil ku pegang pinggannya, kakaE|, iya bima, aku merasakan kasih sayang mu malam ini, aku begitu sayang, aku langsung melepaskan kimononya, dia membuka baju dan celana ku, dia langsung mencium ku, dan menarik ke tempat tidur, aku langsung memeluk dan menjamahnya, lalu kuremas buah dadanya, ehm..ehm.. ehmm.. ehmm.. ehmm.. ehmaE| bima.., dia menarik ku dan mencium ku, bima.. lakukan, aku memasuki batang ku, ehm..ehm.. ehm.. bima.. ehm.. batang ku mulai amblas.. ah.. ah.. aku mulai naik turun.. ah.. ahh.. ahh.. ahh.. ahh.. ahaE|bima ha..ha.. aha.. nafas pun mulai bermain. Ha.. ha.. ha.. badan mulai berkeringat, aku mengambil posisi agak berdiri dank u angakt satu kakinya sambil menyodok maju mundur, ah.. ah.. ah.. aaaE| ahh.. ah..ahh.. aku melihat buah dada yang bergoyang maju mundur.. sambil kuremas buahnya, bima..ehm..ehmmaE|ehhaE| ehm..ehmaE|ehmaE|ehm..bima..ehm..emm.. em..emmaE| emaE|emmaE|, bima..ah..aa..ah..ahaE| auh..auh.., vagina dia mulai memanas dan licin.. ach..ach..bima.. kuraakan dia kelimax, aku mencabut batang ku, lalu meminta nungging, kak nungingaE| dia langsung mau dan aku memasukan batang hingga amblas, ach.. ach..ah.. aku mulai maju mundur.. ah..ahh.. ahh.. ahh.. ah.. aa.. aahh..aahh.. aahh.. ahh.. ahh.. aahhh.. ahh..ahhaE|

hampir 10 menit dua posisi kami permainkan, aku semangkin menikmati, kak mau di atas tubuh ku, iya sayang, aku langsung berbaring dan dia mengambil posisi.., dia sunguh menikmati, ah..aaaE|aa.. aaa..aa.. ha..ha.. aahh.aa..ahh.. ahhhaE| ahhhaE|bima ini enak.. huh..huh..huh..hu..huu..suguh enak bima..au.auu..auhh..auhh..sayangaE|achaE|achh..,buah dada yang naik turun membuat pemandang jadi indah, bima.. bimaaaE| uuiiihhhaE| vaginanya bener menyedot ku batang ku seperti mengisap habis., bimaa..uuiihh.. bimaa. Sambil pantatnya bergetar.. bimaa..uiihhaE|kakak ngak tahan.. terus kakak enak uuaahh.. dia berhenti aku menaik turunkan pantat ku.. uiihh.. bimaa.. acchhaE| kak bima mau keluar.., dia langsung mengoyang maju mundur.. ach.. ahh.. bima.. achh kakak.. bima ngak kuataE| achh.. kakak juga bima.. aachh..achhaE| dia langsung memeluk k uterus bima sodok .., iya kakak ach.. ach ..bima.. aahh.. kakak achh..aacchh.. achh.. kak.., iya bima.. crot.. crot.. crot.. kutembakan air mani ku, aah.. haa.. kakak bima sayang kakak.., kakak sekarang malah jatuh cinta ama pemainan mu sayang.., iya kakaE|, iya sayang, kamu tinggal sini ya, iya kakak pasti, dia terkapar diatas tubuh ku, tak lama dia mebarikan tubuhnya di samping ku dan memeluku, bima jika kau punya istri aku rela untuk melakukan ini, biak kak, kami bermain lagi hingga puas.

Aku melakukan ini selama liburan dan hingga aku pindah sekolah dan kuliha di kota tersebut, aku di buat seperti suaminya, hingga kamwin aku membagi jatah batin ke kakak sepupu ku. TAMAT
Dikapal Laut

Melihat berita di TV tentang pulangnya para TKI dari Malaysia dengan kapal-kapal besar, aku jadi teringat kisahku yang juga terjadi di kapal besar semacam itu. Sekitar lima tahun lalu aku mendapat telegram dari anak perempuanku y ang hendak melahirkan anak pertamanya sebulan lagi. Sudah hampir setahun ia ikut suaminya yang kerja di Irian Jaya dan ia sangat berharap aku dapat menungguinya saat dia melahirkan. Suaminya akan menjemputku dalam waktu 1-2 minggu itu setelah selesai urusan kantornya. Benar saja, dua minggu kemudian menantuku, Bimo, datang. Ia sedang mengurus pekerjaan di Jawa Timur sekitar dua minggu. Setelah selesai, ia menjemputku dan masih sempat menginap selama tiga hari sebelum kapal berangkat dari pelabuhan Tanjung Perak.

Hari H pun tiba. Pagi-pagi diantar anak bungsuku kami berangkat ke Tanjung Perak yang jaraknya sekitar dua jam perjalanan dari kota kami. Sejak suamiku meninggal memang aku jadi sering pergi berkunjung ke anak-anak yang tersebar di beberapa kota. Untuk anakku yang di Irian Jaya ini merupakan kunjunganku yang pertama, maklum jaraknya jauh sekali. Menurut menantuku, lama perjalanan laut sampai 3 hari 2 malam.

Sampai di pelabuhan Bimo segera mengurus tiket yang sudah dipesannya. Kemudian kami naik ke kapal besar itu. Penumpang kapal yang ribuan jumlahnya membuat para pengantar tidak bisa ikut naik, termasuk anak bungsuku. Baru sekali itu aku naik kapal laut. Sungguh mengejutkan karena penumpangnya ribuan orang dan sebagian hanya duduk di dek atau lorong-lorong kapal. Sebagian lagi menempati bangsal seperti kamar asrama dengan tempat tidur raksasa yang muat ratusan orang. Kuikuti langkah Bimo melewati mereka, bahkan terpaksa melangkahi beberapa orang, hingga sampai di bagian ujung kapal yang merupakan deretan kamar. Hanya sekitar 1 0 kamar, itupun ukurannya Cuma sekitar 3A-3 meter. Ini kuketahui setelah Bimo membuka pintu kamar dan kami memasukinya.

aEsIni kamar kita, bu,aEt kata Bimo sambil masuk lalu menaruh seluruh bawaan kami. Dengan canggung aku masuk. Yang nampak memenuhi hampir separuh ruangan adalah ranjang kayu yang muat dua orang serta meja kecil pendek. Perlahan aku duduk di ranjang dan menyibak gorden di atasnya. Nampak air laut di kaca bulat dan tebal itu. Iiih ternyata kami berada di bawah permukaan laut.

aEsMaaf, bu, harga tiket kamar di atas mahal sekali, terpaksa saya pilih yang di sini,aEt ujar Bimo merasakan kegalauanku.

aEsAh, tak apa-apa Bim, daripada harus tidur di dek kapal,aEt sahutku.

aEsSebaiknya kita sekarang mandi dulu saja, bu. Kalau terlambat nanti antrinya lama sekali.aEt

Benar kata Bimo, sewaktu sampai di deretan kamar mandi (ada 6) sudah ada antrian sekitar 2-3 orang di setiap kamar mandi. Mandi pun harus buru-buru dan biar praktis aku langsung pakai daster saja.

Sekitar jam 2 siang kapal mulai bergerak. Setelah puas melihat-lihat suasana kapal yang dijejali ribuan orang, persis seperti pengungsi, akupun kembali ke kamar. Bimo masuk ke kamar sambil membawa beberapa makanan dan minuman. Sekitar jam 5 sore terdengar bel dibunyikan oleh awak kapal.

aEsItu pertanda kita harus antri makan malam, bu,aEt jelas Bimo. Dan sekali lagi kami harus berbaris antri mengambil nasi dengan lauk sayur dan sedikit ikan laut. Nampan, piring dan sendok aluminium yang kami pakai mengingatkanku akan para napi di penjara. Ternyata beginilah pelayanan kapal laut kita. Selewat jam 7 malam makanan tidak disediakan lagi. Membayangkan bagaimana ribuan nampan, piring dan sendok itu dicuci dengan air yang sangat terbatas aku jadi sulit menelan makanan yang sudah di mulut.

Bimo mengembalikan peralatan makan sementara aku ke kamar mandi untuk cuci dan pipis. Cape sekali hari itu dan aku perlu segera tidur malam itu. Kapal yang bergoyang-goyang karena ombak besar membuat kepalaku pening.

aEsSilahkan ibu tidur dulu. Saya masih perlu menyiapkan laporan untuk kantor,aEt kata Bimo sambil membuka berkas-berkasnya di meja kecil sambil duduk di lantai kapal yang berkarpet. Aku pun naik ke ranjang mengambil posisi mepet ke dinding kapal. Sekilas terlintas di benakku, aEsAku, janda usia 45 tahun, tidur seranjang dengan menantuku?aEt Tapi segera kutepis mengingat ini dalam keadaan terpaksa dan sopan santun Bimo selama ini. Untuk menyuruhnya tidur di lantai kapal aku tak tega.

Entah berapa lama terlelap, aku terbangun karena merasa ada sesuatu yang memelukku. Saat kubuka mata, kamar gelap sekali, sementara posisi tubuhku sudah telentang. Segera aku menduga Bimo mau berbuat yang tidak senonoh padaku dan aku siap berontak. Tapi beberapa saat kurasakan tidak ada gerakan dari tubuhnya dan malah terdengar dengkur halusnya. Ternyata Bimo tertidur.

Bagaimana ini? Apa aku harus menyingkirkan tangannya dari atas perut dan dadaku (yang tak berbeha seperti kebiasaanku kalau tidur) serta kakinya yang menindih paha kananku? Aku tak tega membangunkannya dan jadi serba salah dengan posisi yang demikian itu. Aku tak bisa menyalahkannya karena ia tertidur dan ranjang kami termasuk berukuran pas-pasan untuk dua orang. Akhirnya aku pilih diam saja dan bertahan pada posisi itu meski dari gesekan kulit akhirnya kuketahui kalau Bimo saat itu bertelanjang dada. Dan persentuhan paha kami juga menandakan bahwa Bimo tidak memakai celana panjang. Mungkin dia hanya memakai celana pendek atau justru celana dalam saja, pikirku. Aku dag -dig-dug membayangkan dia tidur telanjang.

Kupejamkan mata dan berusaha tidur lagi sambil berharap Bimo melepas pelukannya sehingga aku bisa berguling ke dinding kapal memunggunginya. Namun sampai terkantuk-kantuk harapanku tak terkabul. Sampai aku terlelap lagi tangan dan tubuh kekar Bimo masih menelangkupi dadaku dan pahanya menindih pahaku. Mungkin ia tengah membayangkan tidur dengan istrinya, pikirku. Aku semakin bisa memaklumi dan tidak begitu peduli lagi dengan posisi tidur kami.

Beberapa lama kemudian, aku menggeliat dan terbangun lagi. Kini tubuh kekar Bimo ternyata sudah ada di atasku, menindihku. Bahkan terasa pahaku dikangkangkannya sehingga celana dalamnya tepat di atas celana dalamku karena dasterku sudah tertarik ke atas. Tonjolan penisnya yang tegang terasa sekali. Remasan tangannya di payudaraku, meski masih tertutup daster, membuatku meronta.

aEsBimo! Apa-apaan ini? Aku ibu mertuamu, Bim!aEt Ucapku setengah berteriak takut terdengar kamar sebelah sambil tanganku menolakkan dada telanjangnya.

aEsUgh, maaf bu, kukira tadi aku tidur dengan istriku. Sudah hampir sebulan aku puasa, bu?aEt

aEsIya, tapi jangan dilampiaskan ke aku dong,aEt kataku jengkel sambil menepis tangannya yang nakal. Sementara selangkanganku tak berkutik terpaksa menerima dan merasakan tekanan penisnya yang terbalut celana dalam.

aEsAk.. aku cuma ingin memeluk-meluk saja kok, bu. Tidak sampai itu?aEt jawabnya polos.

aEsAku kuatir kamu lupa diriaEt lalu memperkosaku?aEt belaku sambil berusaha menyingkirkan pahanya tapi tenagaku tak cukup kuat.

aEsSumpah, bu. Aku cuma ingin memeluk-meluk saja dan tidak bakalan memperkosa. Kalau aku mau pasti dari tadi celana dalamku dan ibu sudah kulepas?aEt balasnya.

Aku berhenti berontak sambil memikirkan kata-katanya. Benarkah ini terjadi hanya karena dia sedang bernafsu setelah sebulan tidak ketemu istrinya.Egh.. ugh, kini bukan hanya remasan, tapi malah gigitan kecil yang terasa di putting kananku yang masih tertutup daster. Puting kiriku terasa dipelintir kecil. Greeeng, kurasakan nikmat sesaat. Sudah lama aku tak merasakan kenikmatan ini. Ada keinginan untuk berontak namun ada juga dorongan untuk menikmati kemesraan ini.

aEsBenar ya, Bim. Janji, tidak boleh copot celana dalam?aEt tantangku.

aEsIya, bu, aku janji tidak akan mencopot celana dalam kita?aEt

HshhhaE|. hsshhaE|. perlahan aku semakin menikmati cumbuannya. Rasanya ingin mengulang kenikmatan saat suamiku masih ada. Meski agak canggung, pelan-pelan tanganku malah memeluk punggung Bimo yang menaikkan posisinya hingga kepala kami sejajar. Ia mulai mengecup-ngecup wajahku. Aku berusaha melengos tapi tangannya sudah memegang kedua pipiku dan bibirnya mendarat di bibirku. UfhaE| bibirku disedotnya, lidahnya memasuki mulutku. Mula-mula aku pasif, tapi lama-lama ikut aktif juga bersilat lidah. Kami saling sedot dan isep lidah dan bibir.

aEsBu, dasternya dilepas saja ya,aEt mendadak Bimo berkata setelah kami lelah berciuman.

aEsIngat janjimu, Bim..aEt kataku.

aEsAku kan janji tidak melepas celana dalam kan, bu?aEt jawabnya sambil perlahan tangannya menari k dasterku ke atas. Entah kenapa aku tak mampu menolak dan hanya pasrah ketika daster itu dilempar entah kemana, dan kami tinggal berbalut cd. Yang kulakukan kemudian hanya memejamkan mata ketika tubuh kekar itu memelukiku, menghisapi susuku kiri kanan dan menekan-nekan selangkanganku, menjilati sekujur tubuh. Aku menggelinjang kenikmatan sambil mempererat pelukanku di punggungnya. OoohaE| aku malah terlena. Tubuh kami basah mandi keringat.

Pantatku mendadak terangkat ketika salah stau jari Bimo mengelus bibir vaginaku yang masih tertutup cd.

aEsBim, jangan?aEt

aEsAku hanya mengelus dari luar kok, bu?aEt

aEsNanti aku jadi terangsang, Bim?aEt

aEsNggak apa-apa kan, bu. Saat ini kita saling memuaskan saja deh, bu. Aku akan bikin ibu orgasme tanpa membuka cd ibu?aEt

Benar saja, sejurus kemudian sensasi hebat kurasakan ketika gesekan dan pijatan jemari Bimo di bawah perutku semakin liar. Aku segera merasa ada sesuatu yang mengalir keluar dari vaginaku.

aEsIbu sudah basah ya?aEt Tanya Bimo nakal. Aku jadi malu dan pilih diam saja sambil terus menikmati rabaan gila itu. Ya, aku memang sudah hampir orgasme dan Bimo tahu itu. Serta merta ia memutar posisi tubuhnya hingga mulutnya dapat menjilati cd di bagian selangkanganku. Kakiku dinaikkannya dan tubuhku agak diseret turun, sementara bagian cd-nya tepat di depan wajahku.

UhaE| uhaE| sambil memegang kedua pahaku Bimo memainkan lidahnya sedemikian hebat. Menjilati paha, perut lalu semakin turun hingga tepat di bibir vaginaku. Ia tak canggung menggigit-gigit cd ku dan menekannya dengan lidah sehingga masuk.. Aku semakin basah. Banjir. aEsOohaE| BimaE| Bim..aEt Aku mulai mengejan berkejat-kejat, menumpahkan semuanya sampai merembesi cd dan Bimo menghisapinya kuat.

Tangan kananku dipegang Bimo dan ditaruhnya di gelembung cd-nya yang berisi penis tegang itu. Tanganku diremas-remaskannya di benda tumpul lunak-keras yang panjangnya sekitar 20 cm itu. Aku yang semula canggung jadi makin terbiasa, malah akhirnya terbawa nafsu untuk menciuminya meski dari luar cd. Bimo mendesis ketika barangnya kujilat dan kukocok-kocok dari luar.

aEsAkaE| aku mau keluar juga, bu?aEt erangnya ketika tanganku bergerak lebih kuat dan sekejap kemudian kurasakan penisnya menekan kuat bergetar-getar memuncratkan isinya di dalam cd. Barang itu terus kuperas habis sampai akhirnya melemas dan tubuh Bimo menggelosoh kecapaian dan dagunya diletakkan di vaginaku. Satu sama! Dia ejakulasi sekali, aku juga orgasme sekali.

aEsCape ya, bu?aEt tanyanya sambil memelukku. Dengan manja aku menyorongkan kepala ke dadanya yang berbulu. Tangannya segera meremas susuku lagi.

aEsSudah dulu, Bim?aEt bisikku sambil menghentikan remasannya.

aEsBerarti nanti lagi ya, bu?aEt Aku tak menjawab dan cuma memberinya remasan kecil dipenisnya yang telah mengecil. Oh, nikmatnya seksaE|.

aEsIni jam berapa, Bim?aEt

aEsPaling masih sekitar jam 12 malam, bu. Masih dua hari lagi kita sampai. Aku akan puasi ibu selama dua hari ini. Kita tidak perlu keluar kamar?aEt

Gila, pikirku! Selama 2 hari 2 malam main seks dengan Bimo? Apa aku bisa tahan untuk tidak melepas celana dalam? Mungkin aku masih tahan, tapi Bimo? Namanya juga laki-laki, kalau nafsunya naik pasti main paksa. Bagaimana kalau aku jadi hamil? Sudah lama aku tak minum pil KB lagi. Aku merinding manakala membayangkan dihamili Bimo. Tapi aku tak mau lepas juga dari pelukannya. Tak peduli tubuh kami bersimbah keringat dan seprei ranjang acak-acakan.

Malam pertama itu kami ulangi tiga kali lagi pergumulan nikmat itu. Beruntung malam itu kami masih kuat bertahan tak lepas cd, meski cd yang kami pakai sudah kuyup terkena air mani berkali-kali. Kami tak dengar lagi bel makan pagi karena saat itu masih terlelap. Bangun sekitar jam 10 siang kudapati tubuh kami masih berpelukan. Susuku yang berbeha nomor 36 menempel lekat di dadanya. Cahaya remang-remang dari jendela kaca membuat wajahku memanas, malu. Kalau semalam kami tak saling melihat wajah karena gelap aku masih bisa menahan malu, maka siang ini kami harus bertatap muka. Kuperhatikan Bimo yang terpejam. Gila! Tubuhnya benar-benar seperti Bima dalam pewayangan. Besar, kekar agak hitam dengan rambut di dadanya. Dadaku berdesir setiap kali rambut itu menerpa putingku. Perlahan kulepaskan diriku dari pelukannya dan dia kudorong sampai telentang. Tonjolan di balik cd-nya dan helai-helai rambut yang mencuat dari cd itu menjanjikan suatu kenikmatan yangaE| ah, mestinya tak boleh kubayangkan. Dan beruntung memang semalam aku belum merasakannya kecuali dari luar cd. Aku tak bisa membayangkan barang itu menusukku. Perlahan aku menuruni ranjang.

aEsMau kemana, bu?aEt Mendadak Bimo terbangun dan menarik tubuhku kembali dalam pelukannya.

aEsMau mandi, Bim,aEt jawabku.

aEsNanti sajalah, bu, agak sore saja. Hari ini aku mau kita di ranjang ini saja. Kalau ibu lapar bisa makan roti yang sudah kubeli.aEt Aku tak berdaya ketika Bimo menggulingkan tubuhku kembali ke ranjang. Menelentangkanku lalu memanjat dan menunggangikuku lagi. UfhhaE| lagi-lagi tetek montokku jadi bulan-bulanan mulutnya, demikian pula tekanan-tekanan pada vaginaku membuat pahaku semakin terkangkang lebar. Sedikit demi sedikit gairahku meletup lagi, terlebih setelah merasakan tonjolan zakar Bimo menggesek-gesekku dengan ketat.

aEsBim, lama-lama aku nggak kuat kalau dirangsang begini terus?aEt bisikku.

aEsKalau nggak kuat ya tinggal dikeluarin saja to, bu,aEt jawabnya sambil mencucup putingku dan menyedotnya.

aEsMaksudku, aku takut nanti jadi kepingin buka cdaE|. egghhaE|.. jangan keras-keras, Bim?aEt desahku. Bimo mengurangi tekanan di vaginaku.

aEsAku kan sudah janji tak akan buka cd ibu. Tapi kalau ibu dengan sukarela buka sendiri ya bukan salahku lhoaE|. hehehe?aEt guraunya sambi mencium bibirku.

aEsUntuk variasi, coba deh ibu di atasaE|. tolong diisepin tetekku dong, bu?aEt pintanya manja. Aku mandah saja ketika ia memelukku lalu menggulingkan tubuhnya hingga telentang dan aku menindihnya. Dibimbingnya kepalaku ke putingnya. Pelan kujilat-jilat lalu kuisap.

aEsYang kuat, bu?aEterangnya sementara tangannya bergerak turun ke arah pantatku. Meremas dan menekan-nekannya sambil mengayun zakarnya ke atas sehingga bertemu dengan vaginaku meski masih terbungkus cd. Sejenak kemudian pahaku dibukanya dengan dua tangan lalu tangan itu mulai mengobok-obok daerah sensitifku itu. Sebentar saja aku kembali basah.

aEsBim, oh Bim.. aku mau keluar,aEt desisku tak tahan. Namun Bimo mendadak menghentikan gerakan tangannya sehingga aku blingsatan.

aEsTeruskan, Bim,aEt pintaku sambil meletakkan tangannya di memekku lagi, tapi ia tetap diam.

aEsJangan buru-buru, bu. Makin lama makin nikmat kan?aEt godanya membuatku tak sabar. Nafsuku yang sudah di ubun-ubun minta penuntasan segera tapi Bimo sengaja menggodaku. Entah dapat kekuatan dari mana tiba-tiba aku jadi beringas. Kududuki perut Bimo lalu kuambil tangan kanannya, kupilih telunjuknya lalu kubawa ke arah vaginaku. Kusisipkan jari itu di sela-sela cd ku dan segera kumasuk kan ke liang vagina.

aEsBim, tolong kau puasi aku dengan jarimuaE|. Aku nggak tahan lagi?aEt Kutusuk-tusukkan jari Bimo dalam-dalam. Dan setelah kurasakan ia mulai menggerakkan jarinya keluar masuk, aku lalu meneletangkan tubuh ke belakang, sampai kepalaku bertumpu pada pahanya. UghaE| eghaE| kunikmati kocokan jari Bimo di vulvaku. Kurasakan cairanku menderas. Mataku membeliak menikmati surga dunia itu. Gilanya, kemudian aku merasa pahaku ditarik ke atas dan sekarang bukan lagi jari Bimo, melainkan lidahnya yang yang menusuk-nusuk memasuki vaginaku. Ia memang tidak membuka cd-ku, hanya menyibakkan bagian bawahnya lebar-lebar.

aEsSeeeraE| cretaE|. suuur?aEt aku sampai ke klimaks. Pantatku berkejat-kejat mengejan gemetaran dan Bimo menelan semua maniku sampai aku lemas. Ia terus menyedot dan menjilat-jilat. Sungguh edan! Tubuhku terjelepak di pahanya dengan nafas ngos-ngosan. Namun kurasakan jemari Bimo menggantikan lidahnya menusuki lubang memekku. Tidak hanya satu jari, tapi 2 kadang 3 jari masuk bareng!

aEsCukup, Bim..aEt pintaku.

aEsBelum, bu,aEt jawabnya sambil terus merangsang klitorisku, aEswanita biasanya bisa mencapai orgasme berkali-kali. Aku mau buktikan itu,aEt katanya.

Tak menunggu lama, ucapan Bimo terbukti. Syahwatku memuncak lagi dan cairanku mengucur lagi. Bimo mengerjaiku dengan cara itu sampai aku empat kali orgasme. Apa ia juga melakukan hal ini pada istrinya, anakku?

aEsNah, sekarang terbukti aku lebih kuat kan, bu. Aku belum sekalipun buka cd tapi ibu malah memaksaku mengocok vagina ibu?aEt

aEsAku benar-benar tak kuat, Bim. Sudah bertahun-tahun aku tak pernah merasakan kenikmatan dan sekarang kamu merangsangnya terus sejak semalaman. Siapa bisa tahan?aEt

aEsApa itu berarti ibu tidak mau pakai cd lagi?aEt

aEsAku tetap pakai dan kamu juga. Aku takut hamil?aEt

Setelah empat kali orgasme berturut-turut, tulang-tulangku seperti dilolosi. Pelan kugeser tubuhku turun dari ranjang mengambil cd baru dari tas lalu tanpa sungkan kupakai di depan Bimo.

aEsKamu juga harus ganti cd baru, Bim, kan sudah bau bekas sperma kemarin kan..aEt

`aEtIya, iya, buaEt sekalian aja nanti waktu mandi. Sekarang aku ingin ibu ganti memuaskanku?aEt

Tangan Bimo menggapaiku dan mendudukkan pantatku tepat di atas zakarnya. Kugoyang-goyang pantatku sampai Bimo mendesis-desis sambil meremasi tetekku. Kupercepat rangsanganku pakai tangan. Kugenggam zakar di balik cd itu dan kukocok-kocok sampai 15 menit barulah kemudian Bimo memelukku erat-erat sambil menyemburkan sperma di dalam cd nya. Setelah habis kuperas, ia memelukku dan menggulirkan tubuh kami ke ranjang. Kami terdiam. Kudengar nafasnya agak memburu. Kami benar-benar capai berpacu dalam birahi.

Bel makan siang berbunyi tapi kami tetap tak beranjak keluar kamar. Kami hanya makan roti dan minum minuman kaleng yang dibeli Bimo, entah apa tapi rasanya agak hangat di badan. Selama ini kami masih bertahan pakai cd.

aEsAku akan berusaha sampai ibu buka cd sendiri,aEt tekadnya sambil mengecup dan menggigit-gigit telingaku, mengecupi wajahku, menciumi bibirku, menjilati dagu, leher, dada, menyedoti tetekku kiri-kanan, turun terus sampai aku menggelinjang ketika lidahnya sampai di perutku, pusar dan terus turun. Menyelip-nyelip di cd di daerah selangkanganku. Menyentuh-nyentuh lubang vagina, menerobos sampai klitorisku dapat diemut dan dimainkan dengan lidahnya.

UuffgghhaE|. kurasakan nikmat mengalir dari selangkangan sampai ke kepalaku. Kutekan kepala Bimo keras-keras. aEsAaaE|. aku nggak kuat, BimaE| hsshhaE|. hsshhh.. enaaak bangetaE|. nikmaaat?aEt tanpa sadar tanganku beralih ke cdku dan cepat melepasnya. Bimo membantuku melepas cd itu setelah melewati paha. Kini aku bugil gil dengan paha ngangkang dijilati menantuku! SuuraE| cretaE|.cretaE|. aku orgasme lagi dengan paha ngangkang berkejat-kejat. Mungkin ini yang ke-10 kali sejak kemarin. Dan lagi-lagi Bimo melahapnya dengan ganas, menyedot, mengisapku sampai kering.

aEsTerbukti, kan, ibu sudah buka cd sendiri,aEt bisiknya sambil menaikiku lagi hingga bibirnya mencapai bibirku dan selangkangannya menekan vaginaku. aEsSekarang ibu akan kupaksa membuka cdku juga?aEt desisnya samibl menekan-nekan dan memutar-mutar tonjolan cdnya ke vaginaku. Batang besar yang tercetak di cd itu sekarang masuk memanjang di bibir vaginaku. Digesekkannya naik turun membangkitkan birahiku lagi. Remasan di tetekku dan mungkin pengaruh minuman kaleng tadi mempercepat syahwatku naik lagi.

aEsJaaE|.jangan, Bim. Jangan perkosa akuaE|. nanti hamil?aEt erangku sambil memelukkan pahaku ke pahanya dan tanganku ke punggungnya, tak kuat merasakan rangsangan yang melanda.

aEsTidak, buaE|. tapi ibu sendiri yang bakal minta kuperkosa. Ibu ingin zakarku masuk ke memek ibu, kan?aEt

aEsJangaE|. jangan, BimaE|.. eegghhh?aEt aku harus mengejan lagi hendak mengeluarkan mani. Namun mendadak Bimo berbalik dan membuat posisi 69. Lidahnya kini bebas memasuki vaginaku tanpa halangan cd, sedangkan tonjolan besar zakarnya tepat di depan wajahku yang mau tak mau terpaksa kupegang supaya tidak menekan wajahku terlalu kuat. Berdenyut-denyut benda tumpul kenyal itu di genggamanku. Kukocok-kocok dan, karena ukuran cdnya yang kecil, membuat kepala zakar itu sekarang muncul di perutnya.

aEsJilat, buaE|. isepaE|.aEt pintanya sambil mengarahkan tonjolan itu ke mulutku. Aku yang sudah tak mampu berpikir jernih perlahan tapi pasti menuruti permintaan gilanya yang belum pernah kulakukan pada suamiku sekalipun. Ufh.. kukulum-kulum kecil ujung penisnya dan membuat benda panjang itu semakin keluar dari cd, seperti ular. Kupegang batang ular itu sementara kepalanya masuk ke mulutku semakin dalam. Semakin dalam dan semakin bergelenyar, berkejut-kejut di mulutku. Agar lebih leluasa, cdnya semakin kuturunkan dan sekejap kemudian tanpa sadar cd itu sudah kulepas dari pahanya! Lagi-lagi Bimo membuktikan keampuhan rangsangannya pada tubuhku. Kocokan zakarnya di mulutku semakin cepat, cepat dan craaat croot crooot! Spermanya kontan memenuhi mulutku, ada yang tertelan, ada yang meleleh keluar dari bibirku. Sementara bibir bawahku pun memancarkan maninya lagi bertubi-tubiaE|. disambut oleh mulut Bimo yang menampungnya sampai tuntas. Tuntas tas, sampai kami berdua terjelepak kecapaiannya di ranjang. Gemuruh dada dan sengal-sengal nafas kami memenuhi udara kamar mesum itu.

aEsThanks ya bu. Ibu sudah buka cdku, berarti aku boleh melakukan apa saja dengan penisku pada ibu kan?aEt tanyanya menggodaku.

aEsTaaE|tapi jangan kau hamili aku, Bim?aEt

aEsMemang ibu masih bisa hamil?aEt

aEsMasih, BimaE|. meski sudah 45 tahun aku masih mens?aEt

aEsYa, nanti kita atur sajalah, buaE|. yang penting aku boleh masukkan penis ke sini kan?aEt rajuknya sambil mengelus vaginaku dan membawa tanganku memegang penisnya.

aEsTapaE|. tapi pelan-pelan saja ya Bim dan jangan dikeluarkan di dalam?aEt akhirnya aku memenuhi desakan nafsunya.

aEsThanks, bu,aEt katanya lagi sambil mengecupku dan menunggangiku lagi. Mengangkangkan pahaku lagi lalu memacuku. Bagai joki tak kenal lelah. Aku pun rela jadi kuda pacu lagi. Terlebih setelah merasakan barang panjang itu berkembang lagi bergerak-gerak di selangkanganku. Menusuk-nusuk mencari jalan masuk.

aEsBim, egh, BimaE|jangan masukkan Bim..aEt aku masih takut-takut. Tapi Bimo tak peduli dan tetap mengarahkan kepala zakarnya ke vaginaku. Menggosok-gosok pintu lubang, menjujut-jujut mau masuk. Kurapatkan paha, tapi tangan Bimo cepat membukanya lagi, menekan ke kiri-kanan dan bleessaE|.. zakar panjang itu ambles ke dalam memekku yang licin penuh lendir mani.

aEsBim, gila kamu!aEt Badanku melenting ke atas memeluknya, merasakan sensasi gila di selangkangan. Yah, akhirnya sambil duduk kunikmati kocokan zakar Bimo yang memaju-mundurkan pantatku. Sakit, nikmat, nafsu syahwat campur jadi satu.

aEsBimaE|. BimaE|. jangan keluarkan di dalam?aEt aku mengingatkan tapi Bimo malah tambah rapat memeluk pantat belakangku dan menggerakkan pantatnya sendiri maju-mundur, keluar masuk.

aEsAku mau sampai tuntas, bu..aEt bisiknya di sela-sela deru nafasnya.

aEsAku bisa hamil, Bim!aEt

aEsAku tak percaya.aEt

aEsSerius, Bim!aEt

aEsSekarang kita nikmati saja, buaE|. hamil urusan nanti.aEt Gocohannya tambah keras dan aku malah semakin menggigil merasakan nikmat syahwat itu sampai ke ubun-ubun. Ketakutan akan kehamilan pun jadi terlupakan.

Bimo mendorongku telentang ke ranjang dan dia lalu jadi joki piawai. Mengolah gerakan pantatnya, zakarnya keluar masuk, naik turun, mencangkul, menusuk, mengobrak-abrik memekku sampai akhirnya dia menekan sangat keras dan croootaE| croootaE| croootaE|. cruuutaE| cruutaE|. cretaE|!! Sperma hangat mengaliri rahimku dan akupun mengejan berkejat-kejat lagi menumpahkan mani. Memeluk punggung dan pahanya erat-erat. Kami mencapai puncak bersamaan. Dan ini kali pertama zakarnya bersarang di vaginaku tanpa bisa kularang karena aku juga menginginkan. Resiko hamil kujadikan urusan belakang.

Kenikmatan itu terus kami reguk setelah mandi dan makan malam. Semalaman lagi kami bergumul memanjakan syahwat hingga terdengar sirene kapal memberitahukan bahwa pelabuhan tujuan sudah kelihatan. Namun untuk mencapai pelabuhan itupun masih perlu waktu dua jam lagi dan itupun terus kami gunakan mereguk madu nafsu di kapal itu. Kami biarkan penumpang lain turun lebih dulu supaya mereka tidak melihat tubuh dan wajah kami yang kusut masai pucat pasi kehabisan mani.

Setelah itu dua bulan aku menemani anakku di Irian Jaya, dan dua bulan itu pula kami secara sembunyi-sembunyi terus berzinah. Demikian pula sewaktu Bimo mengantarku pulang ke Jawa Timur, kami memilih naik kapal laut lagi, bahkan kami sempat menginap tiga hari di hotel Surabaya sebelum pulang ke rumah. Tahun depan, aku berharap Bimo mau menjemputku untuk menengok anakku lagi. Setelah merasakan kelelakian Bimo, rasanya aku jadi tak kuat aEspuasaaEt berlama-lama. Aku tak mau dengan laki-laki lain. Dan kukira aku harus segera sterilisasi untuk mencegah kelahiran anakku sekaligus cucuku.
TAMAT
39252
Satu Malam Di Anyer

Minggu yang lalu, berdua dengan teman baik gue Farid, kita ber-week end
di Anyer. Kita tinggal di sebuah hotel di tepi pantai. Ketika kita
berdua datang, tak banyak pengunjung yang ada, hanya dua orang turis
bule.

Sabtu pagi itu, aku berniat jogging di pantai dan ketika aku berada di
lobby, aku berpapasan dengan empat orang gadis yang hendak pergi
berenang. Dalam hati, aku berkata akhirnya ada pemandangan bagus juga
untuk week-end ini.

Salah satu gadis itu, benar-benar membangkitkan nafsu sex-ku dan aku
merasa dia tahu kalau aku tertarik padanya. Tingginya tak lebih dari
160 cm tetapi proporsi badannya sungguh bagus, payudaranya menantang
demikian juga pinggangnya yang ramping dan pantatnya yang padat. Dengan
baju renangnya itu, kakinya terlihat jenjang dengan betis yang aduhai.
Gadis itu berambut sebahu dengan sedikit cat berwarna pirang, kulitnya
yang putih makin membangkitkan nafsu laki-lakiku.

Ketika aku selesai jogging, dengan sengaja aku melintas di kolam
renang. Gadis itu duduk dipinggir kolam renang dengan kaca hitamnya,
sementara teman-temannya berenang kesana kemari, dia hanya memainkan
air dengan kakinya. Aku duduk di bar kolam renang dan memesan segelas
es teh manis dan sandwich. Ketika aku memandang ke arahnya, dia secara
sengaja menggosok-gosokkan telapak tangannya di kemaluannya, seolah
menantang aku dan aku cuma bisa tersenyum kecil.

Dengan rasa penasaran, akhirnya aku memutuskan untuk menikmati sarapan
sandwichku saja. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba seseorang berdiri di
sebelahku dan ketika aku menoleh, ternyata gadis itu sedang tersenyum
manis dan berkata, “Haii . boleh saya join ?”. Aku menyahut dengan
sedikit gugup, “Oo .. boleh, dengan senang hati”. Akhirnya kami
berkenalan, gadis itu bernama Indy dan dia bekerja di sebuah perusahaan
penyedia jasa telekomunikasi di Jakarta. Sarapanku telah habis tapi
kami masih ngobrol kesana kemari dan akhirnya ketiga temannya ikut
bergabung. Karena hari makin siang dan aku belum mandi pagi, aku pamit
untuk kembali ke kamarku dahulu dan sebelumnya kuberikan nomer kamarku
ke Indy karena kami janji ketemu untuk makan siang.

Aku pergi ke kamarku dan mandi. Sebuah ketukan di pintu terdengar dan
kupikir temanku Farid yang baru bangun mengajakku sarapan, dengan badan
yang masih basah dan handuk terlilit di pinggang serta menggerutu
kubukakan pintu. Ternyata bukan Farid yang ada di depan pintu, tetapi
Indy . dengan cepat aku meminta maaf karena menggerutu dan dia
tersenyum dan berkata, “Nggak apa-apa koq . Ndre, aku cuma mau numpang
mandi soalnya si Dini temanku itu kalau mandi lamanya bukan main, boleh
kan ?”. Aku persilahkan Indy masuk dan dengan bercanda aku menyahut,
“Boleh ajaa . kalau perlu aku mandiin sekalian”, Indy cuma tertawa dan
mencubit bahuku.

Aku masuk lagi ke kamar mandi, tetapi tiba-tiba saja Indy menerobos
masuk, “Indy mau lho dimandiin” serunya. Kemudian dia membuka handuk
yang melilit di pinggangnya, sementara itu penisku mulai ereksi. Aku
sudah tak tahan lagi melihat gadis sexy ini, segera saja kupegang
tengkuknya dan kucium bibirnya yang menantang itu. Indy tidak melawan,
malah dia membalas ciumanku dengan memainkan lidahnya dimulutku,
tangannya melepaskan handuk di pinggangku dan segera meremas-remas
penisku, akibatnya penisku makin mengeras dengan cepat.

Dengan tetap berciuman kulepaskan pakaian renangnya dan sekarang
payudaranya yang menantang itu bebas untuk diremas. Indy menggerakkan
badannya untuk berjongkok dan aku kemudian mendudukkan badanku di
closet. Dengan gerakan lidah yang ahli, Indy menjilati batang
kemaluanku, sementara jari jari tangannya bermain di jembut dan biji
kemaluanku. Jilatannya makin menggila dan akhirnya batang kemaluanku
masuk ke dalam mulutnya, Indy menghisap penisku seperti anak kecil
mengisap es mambo. Ketika dia menghisap kepala penisku, jari-jarinya
menggosok-gosok batang kemaluanku. Aku merasakan kenikmatan yang luar
biasa dan aku hanya bisa menggeliat dan meremas-remas rambutnya.
Beberapa saat kemudian, aku berkata, “Indy, aku klimaks . aahh” dan
Indy melepaskan mulutnya dari penisku tetapi tangannya tetap bergerak
mengocok penisku, akhirnya spermaku muncrat keluar. Aku merasakan
sensasi dan kenikmatan yang hebat.

Indy berdiri di depanku dan melepaskan baju renangnya yang masih
melekat di pinggangnya, sekarang aku benar-benar dapat melihat badannya
yang putih mulus telanjang bulat di depanku. Dengan beralaskan handuk,
Indy merebahkan tubuhnya di lantai dan aku segera berjongkok diatasnya.
Payudaranya menjadi sasaran pertama kecupan bibirku, putingnya yang
berwarna coklat tua kuhisap dan kumainkan dengan lidahku, sementara itu
tanganku memainkan payudaranya yang lain secara bergantuan.
Kadang-kadang kupindahkan kecupanku ke lehernya yang putih jenjang,
Indy hanya menggeliat-geliat dan mendesah sensual. Kemudian tanganku
mulai mencari sasaran lain, kuelus-elus dengan lembut memeknya yang
tertutup rambut yang tipis. Jari tengahku mulai memasuki lubang
vaginanya dan aku merasakan lubang yang mulai basah lembab, kudorong
terus masuk jariku dan akhirnya kutemukan itilnya. Ketika kumainkan
itilnya itu, Indy menggelinjang dan menjerit kecil, “Uuhhg . oohh .
oohhh”, sementara bibir dan lidahku m!
asih bermain di payudaranya yang
Kubuka selangkangannya lebih lebar dan mulai kuciumi bibir vaginanya
sementara tanganku masih bermain dengan itilnya. Sesekali kutarik
keluar jariku dan kujilati serta kuhisap memeknya itu. Ketika
kumasukkan jariku lagi, aku merasakan ada cairan meleleh dari dalam
memeknya. Indy makin menggelinjang dan kulihat dia mulai meremas
payudaranya sendiri, erangannya makin keras terdengar, “Ouughh . oughhh
. aahhh”. Kemudian kurubah posisiku menjadi 69, kuangkat pantatnya
sedikit dengan kedua tanganku dan aku mulai memainkan lidahku di
memeknya. Indy mengelus-elus kontolku yang mulai ereksi lagi dan
sekali-sekali aku merasakan lidahnya bermain di kontolku.

Ketika lidahku mulai memasuki sisi dalam bibir memeknya, Indy makin
menggelinjang dan kadang-kadang kurasakan badannya menegang. Aku tidak
mendengar erangannya lagi karena kontolku yang telah tegang telah
berada di mulutnya lagi. Kutekan lidahku diantara bibir memeknya dan
aku merasakan badannya menegang, setelah itu aku merasakan kontolku
tidak lagi dihisapnya. Diantara desahannya, Indy meminta aku segera
menyetubuhinya, “Ouuuhhh . eemhh, Ndre . ayo fuck me, ouhh . ”

Kurubah posisiku menjadi posisi push-up, selangkangan Indy telah
terbuka lebar dan dari memeknya mengalir cairan yang hangat. Kuarahkan
kontolku ke memeknya, dan kemudian kumasukkan kontolku. Diperlukan
sedikit usaha keras untuk memasukkan kontolku ke memeknya, setelah itu
kontolku merasakan sebuah liang yang halus, hangat, basah dan menjepit
erat batang kontolku. Kutekan masuk terus batang kontolku sehingga biji
pelirku beradu dengan memeknya.

Kusetubuhi Indy dengan gerakan yang stabil, kontolku keluar masuk
memeknya yang makin membuat kita berdua tenggelam dalam kenikmatan.
Bibirku bermain di payudaranya dan kadang kadang bertautan dengan
bibirnya. Kontolku dilapisi cairan memeknya dan ketika kutarik keluar,
kontolku terlihat mengkilap, jembut dan pangkal kontolku juga dibasahi
cairan memek Indy. Akhirnya kurebahkan tubuhku menindih tubuh Indy,
gerakan kontolku keluar masuk memeknya makin kupercepat dan tubuh kita
makin keras bertaut. Aku mulai merasakan akan datangnya orgasme,
kuperlambat sedikit tempo persetubuhan dan aku juga merasakan tubuh
Indy makin menegang, erangan dan lenguhannya makin keras saja. Beberapa
kata-kata keluar dari mulutnya, “Fuck me . more, ouughh . tekan yang
dalem Ndree . uuhhg . lagii . ooughh . fuck my cunt, Ndree .”.

Sementara bibir kita berciuman, aku tetap menyetubuhinya dengan
bertenaga, kontolku keluar masuk memeknya yang masih menjepit erat
batang kontolku. Tak lama kemudian, Indy menjerit, “Ndree .” dan aku
merasakan tubuhnya menegang dan Indy menjepit kontolku semakin keras
yang membuatku makin sulit menggerakkan kontolku keluar masuk memeknya,
dan akibatnya gerakan kontolku makin lambat. Jepitan memek Indy yang
makin keras itu disebabkan dia mulai mencapai klimaks dan membuatku
makin terangsang. Kugerakkan kontolku dengan lambat-lambat tapi
bertenaga, sehingga Indy benar-benar merasakan itilnya bergesekan
dengan kontolku.

Aku merasakan sensasi yang hebat ketika tubuh kita berdua sama-sama
menegang mencapai klimaks, kita berdua saling memeluk dengan erat. Aku
merasakan payudaranya yang berisi terhimpit oleh dadaku, sementara
kontolku tertancap dalam-dalam di memeknya yang menjepit keras. Setelah
beberapa detik tubuh kita menegang, kontolku menumpahkan muatannya dan
sesaat kemudian kita berdua terkulai lemas tetapi dengan kepuasan yang
sangat hebat. Kemudian karena kontolku masih tegang, kugerakkan lagi
keluar masuk memek Indy dengan pelan dan lembut dan akhirnya kutarik
keluar setelah melemas.

Kita berdua saling berciuman dan berpelukan, saling mengelus -elus
tubuh yang berkeringat ini. Setelah itu aku membantunya membersihkan
badan, menyabuni tubuh yang putih mulus itu dan membilasnya dengan air
hangat. Kemudian setelah mengeringkan badan, kita berdua tidur dengan
tubuh telanjang .
TAMAT.
1
Buku Itu Aku Pinjam

Waktu itu aku masih SMA kelas satu, kebetulan aku punya tetangga wanita yang sekolahnya di SMEA dekat sekolah. Dia itu 1 tahun diatas umurku. Orangnya putih, mulus rada bongsor, payudaranya lumayan gede, pinggulnya sedeng, pantatnya rada nungging. Sewaktu aku habis pulang sekolah kulihat dia lagi santai-santai di depan rumahnya, kuhampiri dia terus aku bilang : “Da..! (namanya Farida) aku punya buku bagus, lu mau liat nggak?” dia bertanya, “Buku bagus apa’an Ga?”. “Pokoknya asyik sudah, kalau lu baca kagak bakalan nyesel, yakin dech” jawabku. “Aku pinjem doong”, “Kalau mau liat bareng sini sama aku..” aku menantangnya, eh tahunya dia bangun terus mendekatiku. Aku yang kebetulan memang sudah lama cari kesempatan buat megang-megang payudaranya. Pas dia sudah di sampingku ku katakan lagi sama dia, “Elo mau lihat, tapi lu jangan bilang-bilang sama siapa-siapa yah..”, ” Iya deh…” sudah gitu aku ajak dia ke rumah tetanggaku yang kebetulan lagi kosong, memang biasanya aku suka nongkrong di rumah itu.

Pas sampai di halaman rumah tetanggaku itu aku mengajaknya ke teras depan. Terasnya rada adem karena banyak pohon-pohon dan lagi tidak terlalu kelihatan dari jalan. Terasnya tidak punya bangku, jadi aku dan dia duduk di lantainya. Kemudian kutunjukkan buku yang kumaksud, Buku “Penthouse” Dia sempat kaget! Tanpa disangka, “Sini deketan lagi kalau mau lebih jelas” aku bilang ke dia. Mungkin karena penasaran juga dia merapatkan duduknya dekatku. Aku buka gambar-gambarnya, eh dia tambah mau lihat lagi. Sudah begitu kupegang tangannya sambil aku remas-remas jarinya, sementara tanganku yang satunya lagi membuka gambar lainnya. Dia kelihatannya rada ‘terangsang’ juga. Kepalanya sampai nempel ke kepalaku sampai-sampai aku bisa mencium wangi rambutnya. Tanganku lama-lama ngusap ke atas tangannya sampai ke bahunya, terus ke punggungnya, lama juga mengusapnya. Pas waktu itu ada gambar orang wanita lagi ngisep ‘barang’ cowok. Aku sempat bilang sama dia, “Elo pengen nggak ngerasain kayak gitu?” Dia diam saja, tapi aku tahu dia juga lagi kontrol nafsunya (napasnya kayak berat gitu). Tahu-tahu tanganku sudah sampai dan nyelusup lewat tangan t-shirtnya yang longgar, meremas-remas payudaranya (dia masih pakai BH). Putingnya sudah tegang. Barangku sendiri juga sudah tegang, kelihatan dari celana seragam SMA-ku. Aku mencium pipinya yang mulus, terus ke bibirnya. Rupanya dia juga sudah tidak sabaran saat itu. Kami berciuman lama juga, lidahnya kumain-mainkan sampai ke langit-langit mulutnya eh.. dia tambah di luar kontrol. Aku lepas ciumannya sambil tangganku melepas BH-nya dari belakang, nah sekarang dia nggak pakai BH lagi. Kuangkat bagian depan t-shirtnya kukulum payudara kirinya, sementara tangan kananku memainkan payudara satunya lagi.

Sambil gitu aku dorong dia supaya dia bisa tidur telentang biar aku gampang ngisap pentilnya. Berapa kali dia melenguh tanda dia juga suka. aku sudah nggak tau bukunya sudah ada dimana deh..! payudaranya kujilati terus turun sampai ke perutnya yang putih banget (aku belum pernah liat perut putih, waktu itu). Dia pakai celana pendek jeans sementara tangan kananku sudah sampai ke ritsluiting jeansnya siap-siap mau turunin celananya. Dia dorong kepalaku lebih kebawah lagi, sekarang kepalaku sudah ada didepan selangkangannya tapi masih ada celana dalamnya, jeansnya sudah turun sampai ke dengkul. Aku tetap menjilati perutnya, tanganku dua-duanya melorotin celana dalamnya. Uiih… aku baru liat yang namanya memek tuch kayak gitu. Dia kayaknya juga makin nggak bisa kontrol ‘rangsangan’nya. Dia makin sesepin kepalaku ke barangnya. Dia bilang : “Sggh… Ga… aku sudah nggak tahan nih”, tapi aku masih bisa mengontrol lidahku untuk menjilati barangnya (bulunya sedikit dan rada bule). Kulebarkan pahanya pakai tangan dan terus kuhisap kelentitnya. Barangnya sudah basah banget, kucolok pakai jari tengah ehh… masih rapet loh!! aku sempat nanya :” Da… lu masih perawan yah…?”, dia nggak jawab tapi tangannya pegang tanganku dan supaya jari tanganku bisa masuk lebih dalam lagi. Jariku sekarang keluar masuk liang kewanitaannya dan tambah banjir tuh liang kewanitaannya. Dia masih pakai t-shirt tapi bagian bawahnya sudah total telanjang. Kira-kira 2 menit aku gituin dia kayaknya dia sudah mau klimaks, “uuhh… Ga saya mau keluar ga…”. Sambil ngomong gitu dia jepit jariku sama pahanya. Ternyata dia sudah sampai, dan jariku masih di dalam liang senggamanya merasa kayak di pijit-pijit. Kuperhatikan mukanya, kayaknya dia rada malu sama aku, tapi juga puuaass… kubangunkan dia terus aku bilang : “Kamu mau nggak mainin penisku?”, dia nggak banyak omong langsung tangannya buka ritsluiting celanaku, dia dorong badanku supaya telentang dan dia tarik celana seragamku sampai ke paha, terus meloroti celana dalamku. Barangku dikeluarkan, terus dia usap-usap pakai tangannya, aku baru setengah tegang, dia bilang, “Kok kamu punya kecil sih Ga..?”, aku bilang : “Aku masih belum lagi tegang Da…, kocok dulu dong…”. Aku lihat tangannya mulai mengocok penisku yang makin lama makin gede. Tiba-tiba kepalanya maju sampai dekat penisku. Ehh… mulutnya sudah menganga dan sudah mulai ngisep kepala penisku. Aku baru pernah merasakan penis dihisap, mulutnya menelan separuh batang, dia terus memompa sambil air liurnya di keluarin. Tangan kanannya tetap megang batangku dan tangan satunya lagi pegang barangnya sendiri. Enggak lama di situ aku bilang sama dia : “Da… lu mau aku masukin yah…?”, ” Sakit nggak sih?” tanyanya lagi, aku jawab : “Aku nggak tau… habis aku sendiri belum pernah sih!”. Dia langsung stop ngisep dan berbaring telentang dan pantatnya dialasi majalah, sambil membuka pahanya lebar-lebar. Aku sempat melihat liang kewanitaannya yang merah muda sudah basah, aku setengah berdiri, badanku menindih badannya. Tangannya megang penisku yang tegang 100 persen. Dia bimbing penisku untuk bisa masuk ke liang kewanitaannya. Pas… sudah mau masuk kira-kira sekepala penis, aku cabut lagi dia kayaknya nggak tahan, dia tarik pinggangku, ” Ga… jangan dilepas donng, aku nggak tahan… Sggh”. Batangku sudah masuk 1/4 ke barangnya yang masih sempit tapi licin aku cabut lagi, dia tarik lagi pinggangku, sekarang ini sudah 3/4 batang tenggelam ke liang sengamanya. “uuggh… Dalam banget Ga…”, “Belum semuanya Da… masih ada sisanya… teken lagi yah… Uughh” aku juga sudah nggak tahan untuk nggak masukin semuanya. Begitu semuanya masuk aku sempet denger kayak ada suara robek. Prreek… begitu. Dia sempat menjerit kecil, “Ooougghh… Riga barang kamu nikmat banget deehh.”.

Aku sudah mulai kocok dia keluar-masuk liang senggamanya yang sempit. Aku nggak sempet hitung berapa kali aku pompa dia. Lidahku memainkan lidahnya. Aku merasa nggak lama lagi aku mau keluar, aku bilang : “Aduuh.. Da.. Saya sudah mau keluar nih…”, “Ouuggh Ga… jangan dilepas ga… saya juga sudah mau sampai lagi.. Ssgghh”. “Daa, nggak tahan… saya buang di dalam saja yah..”, ” Iyaah… asal nggak dicabut ajaa”. Enggak lama keluar deh spermaku, sreet… Srett… Srett, sambil aku teken biar lebih dalam ke liang kewanitaannya. Berbarengan waktunya dia juga klimaks “oouughh… Gaa saya juga keluar Ga…”. Saat itu aku ngerasa batang penisku seperti di pijat-pijat di dalam liang surganya. “Riga… sperma kamu kok anget sih ngalir di barang saya”. Aku cuma nyengir saja dia bilang begitu. Sehabis begituan kucabut penisku dari liang senggamanya, dan kuperhatikan ada darah yang mengalir sedikit dari liang senggamanya, jatuh membasahi majalah yang dijadikan alas. Ternyata itu adalah darah perawan Farida. Aku sempat melap barangku memakai celana dalamnya sebelum aku memakai celana lagi, dia keliatannya puas betul. Dia bilang : “Riga.. ternyata ngewe itu nikmat ya…, aku nggak nyesel deh diperawanin sama lu, habis lu pinter sih muasin aku..”. Sehabis kejadian itu aku makin sering bersetubuh sama dia sampai dia pindah rumah kira-kira 2 tahun setelah kejadian pertamanya. Untungnya lagi biar aku keluarin sperma di dalam, dia tuh nggak pernah hamil. Aku sempat tanya kenapa sih dia nggak pernah hamil meski juga sering main sama aku, ternyata jawabnya kalau dia milih hari-hari tidak subur kalau mau main. Untungnya lagi kejadian pertama itu adalah hari-hari mendekati dia mau menstruasi. Sebab kalau nggak bisa lain lagi ceritanya.
TAMAT

Ketika Badai Dan Hujan Datang

Kisah ini terjadi ketika aku mash berumur delapanbelas tahun, murid kelas dua sekolah teknik setingkat SMU di sebuah kota kabupaten di Sumatera.

Namaku Didit. Aku lahir di satu keluarga pegawai perkebunan yang memiliki lima orang anak yang semua laki-laki. Yang tertua adalah aku. Dan ini menjadi akar masalah pada kehidupan remajaku. Jarang bergaul dengan perempuan selain ibuku, akupun jadi canggung kalau berdekatan dengan perempuan. Maklumlah di sekolahku umumnya juga cowok semua, jarang perempuan.

Selain itu aku merasa rendahdiri dengan penampilan diriku di hadapan perempuan. Aku tinggi kurus dan hitam, jauh dari ciri-ciri pemuda ganteng. Wajahku jelek dengan tulang rahang bersegi. Karena tampangku yang mirip keling, teman-temanku memanggil aku Pele, karena aku suka main sepakbola.

Tapi sekalipun aku jelek dan hitam, otakku cukup encer. Pelajaran ilmu pasti dan fisika tidak terlalu sulit bagiku. Dan juga aku jagoan di lapangan sepakbola. Posisiku adalah kiri luar. Jika bola sudah tiba di kakiku penonton akan bersorak-sorai karena itu berarti bola sudah sukar direbut dan tak akan ada yang berani nekad main keras karena kalau sampai beradu tulang kering, biasanya merekalah yang jatuh meringkuk kesakitan sementara aku tidak merasa apa-apa. Dan kalau sudah demikian lawan akan menarik kekuatan ke sekitar kotak penalti membuat pertahanan berlapis, agar gawang mereka jangan sampai bobol oleh tembakanku atau umpan yang kusodorkan. Hanya itulah yang bisa kubanggakan, tak ada yang lain.

Tampang jelek muka bersegi, tinggi kurus dan hitam ini sangat mengganggu aku, karena aku sebenarnya ingin sekali punya pacar. Bukan pacar sembarang pacar, tetapi pacar yang cantik dan seksi, yang mau diremas-remas, dicipoki dan dipeluk-peluk, bahkan kalau bisa lebih jauh lagi dari itu. Dan ini masalahnya. Kotaku itu adalah kota yang masih kolot, apalagi di lingkungan tempat aku tinggal. Pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang sedikit mencolok menjadi sorotan tajam masyarakat. Dan jadi bahan gunjingan ibu-ibu antar tetangga.

Oh ya mungkin ada yang bertanya mengapa kok soal punya pacar atau tidak punya pacar saja begitu penting. Ya itulah. Rahasianya aku ini punya nafsu syahwat besar sekali. Entahlah, barangkali aku ini seorang *********. Melihat ayam atau ****** main saja, aku bisa tegang. Setiap pagi penisku keras seperti kayu sehingga harus dikocok sampai muncrat dulu baru berkurang kerasnya. Dan kalau muncrat bukan main banyaknya yang keluar. Mungkin karena ukuranku yang lebih panjang dari ukuran rata-rata. Dan saban melihat perempuan cantik syahwatku naik ke kepala. Apalagi kalau kelihatan paha. Aku bisa tak mampu berpikir apa-apa lagi kalau gadis dan perempuan cantik itu lewat di depanku. Senjataku langsung tegang kalau melihat dia berjalan berlenggak-lenggok dengan panggul yang berayun ke kiri dan ke kanan. Ngaceng abis kayak siap berlaga.

Dia? Ya dia. Maksudku Lala dan aE|.. Tante Ratih.

Lala adalah murid salahsatu SMU di kotaku. Kecantikannya jadi buah bibir para cowok lanang seantero kota. Dia tinggal dalam jarak beberapa rumah dari rumahku, jadi tetanggaku juga. Aku sebenarnya ingin sekali seandainya Lala jadi pacarku, tapi mana bisa. Cowok-cowok keren termasuk anak-anak penggede pada ngantri ngapelin dia, mencoba menjadikannya pacar. Hampir semua bawa mobil, kadang mobil dinas bapaknya, mana mampu aku bersaing dengan mereka. Terkadang kami berpapasan kalau ada kegiatan RK atau kendurian, tetapi aku tak berani menyapa, dia juga tampaknya tidak tertarik hendak berteguran dengan aku yang muka saja bersegi dan hitam pula. Ya pantaslah, karena cantik dan dikejar-kejar banyak pemuda, bahkan orang berumur juga, dia jadi sombong, mentang-mentang. Atau barangkali itu hanya alasanku saja. Yang benar adalah, aku memang takut sama perempuan cantik. Berdekatan dengan mereka aku gugup, mulutku terkatup gagu dan nafasku sesak. Itu Lala.

Dan ada satu lagi perempuan yang juga membuat aku gelisah jika berada di dekatnya. Tante Ratih. Tante Ratih tinggal persis di sebelah rumahku. Suaminya pemasok yang mendatangkan beberapa bahan kebutuhan perkebunan kelapa sawit. Karena itu dia sering bepergian. Kadang ke Jakarta, Medan dan ke Singapura. Belum lama mereka menjadi tetangga kami. Entahlah orang dari daerah mana suaminya ini. Tapi aku tahu Tante Ratih dari Bandung, dan dia ini wuahh mak aE| sungguh-sungguh audzubile cantiknya. Wajah cakep. Putih. Bodinya juga bagus, dengan panggul berisi, paha kokoh, meqi tebal dan pinggang ramping. Payudaranya juga indah kenceng serasi dengan bentuk badannya. Pernah di acara pentas terbuka di kampungku kala tujuhbelas agustusan dia menyumbangkan peragaan tari jaipongan. Wah aku betul-betul terpesona.

Dan Tante Ratih ini teman ibuku. Walau umur mereka berselisih barangkali 15 tahun, tapi mereka itu cocok satu sama lain. Kalau bergunjing bisa berjam-jam, maklum saja dia tidak punya anak dan seperti ibuku tidak bekerja, hanya ibu rumahtangga saja. Terkadang ibuku datang ke rumahnya, terkadang dia datang ke rumahku.

Dan satu kebiasaan yang kulihat pada Tante Ratih ini, dia suka duduk di sofa dengan menaikkan sebelah atau kedua kakinya di lengan sofa. Satu kali aku baru pulang dari latihan sepakbola, saat membuka pintu kudapati Tante Ratih lagi bergunjing dengan ibuku. Rupanya dia tidak mengira aku akan masuk, dan cepat-cepat menurunkan sebelah kakinya dari sandaran lengan sofa, tapi aku sudah sempat melihat celah kangkangan kedua pahanya yang putih padat dan celana dalam merah jambu yang membalut ketat meqinya yang bagus cembung. Aku mereguk ludah, kontolku kontak berdiri. Tanpa bicara apapun aku terus ke belakang. Dan sejak itu pemandangan sekilas itu selalu menjadi obsesiku. Setiap melihat Tante Ratih, aku ingat kangkangan paha dan meqi tebal dalam pagutan ketat celana dalamnya.

Oh ya mengenai Tante Ratih yang tak punya anak. Saya mendengar ini terkadang jadi keluh-kesahnya pada ibuku. Aku tak tahu benar mengapa dia dan suaminya tak punya anak, dan entah apa yang dikatakan ibuku mengenai hal itu untuk menghibur dia.

Apalagi? Oh ya, ini yang paling penting yang menjadi asal-muasal cerita. Kalau bukan karena ini barangkali takkan ada cerita hehehhehe aE|. Tante Ratih ini, dia takut sekali sama setan, tapi anehnya suka nonton film setan di televisi hehehe aE|. Terkadang dia nonton di rumah kami kalau suaminya lagi ke kota lain untuk urusan bisnesnya. Pulangnya dia takut, lalu ibuku menyuruh aku mengantarnya sampai ke pintu rumahnya.

Dan inilah permulaan cerita.
Pada suatu hari tetangga sebelah kanan rumah Tante Ratih dan suaminya (kami di sebelah kiri) meninggal. Perempuan tua ini pernah bertengkar dengan Tante Ratih karena urusan sepele. Kalau tidak salah karena soal ayam masuk rumah. Sampai si perempuan meninggal karena penyakit bengek, mereka tidak berteguran.

Tetangga itu sudah tiga hari dikubur tak jauh di belakang rumahnya, sewaktu suami Tante Ratih, Om Hendra berangkat ke Singapur untuk urusan bisnes pasokannya. Sepanjang hari setelah suaminya berangkat Tante Ratih uring-uringan sama ibuku di rumahku. Dia takut sekali karena sewaktu masih hidup tetangga itu mengatakan kepada banyak orang bahwa sampai di kuburpun dia tidak akan pernah berbaikan dengan Tante Ratih.

Lanjutannya ketika aku pulang dari latihan sepakbola, ibu memanggilku. Katanya Tante Ratih takut tidur sendirian di rumahnya karena suaminya lagi pergi. Dan pembantunya sudah dua minggu dia berhentikan karena kedapatan mencuri. Sebab itu dia menyuruhku tidur di ruang tamu di sofa Tante Ratih. Mula-mula aku keberatan dan bertanya mengapa bukan salah seorang dari adik-adikku. Kukatakan aku mesti sekolah besok pagi. Yang sebenarnya seperti sudah saya katakan sebelumnya, saya selalu gugup dan tidak tenteram kalau berdekatan dengan Tante Ratih (tapi tentu saja ini tak kukatakan pada ibuku). Kata ibuku adik-adikku yang masih kecil tidak akan membantu membuat Tante Ratih tenteram, lagi pula adik-adikku itupun takut jangan-jangan didatangi arwah tetangga yang sudah mati itu hehehehe.

Lalu malamnya aku pergi ke rumah Tante Ratih lewat pintu belakang. Tante Ratih tampaknya gembira aku datang. Dia mengenakan daster tipis yang membalut ketat badannya yang sintal padat.
aEsMari makan malam DitaEt, ajaknya membuka tudung makanan yang sudah terhidang di meja.
aEsSaya sudah makan, Tante,aEt kataku, tapi Tante Ratih memaksa sehingga akupun makan juga.
aEsDidit, kamu kok pendiam sekali? Berlainan betul dengan adik-adik dan ibumuaEt, kata Tante Ratih selagi dia menyendok nasi ke piring.
Aku sulit mencari jawaban karena sebenarnya aku tidak pendiam. Aku tak banyak bicara hanya kalau dekat Tante Ratih saja, atau Lala atau perempuan cantik lainnya. Karena gugup.
aEsTapi Tante suka orang pendiamaEt, sambungnya.

Kami makan tanpa banyak bicara, habis itu kami nonton televisi acara panggung musik pop. Kulihat Tante Ratih berlaku hati-hati agar jangan sampai secara tak sadar menaikkan kakinya ke sofa atau ke lengan sofa. Selesai acara musik kami lanjutkan mengikuti warta berita lalu filem yang sama sekali tidak menarik. Karena itu Tante Ratih mematikan televisi dan mengajak aku berbincang menanyakan sekolahku, kegiatanku sehari-hari dan apakah aku sudah punya pacar atau belum. Aku menjawab singkat-singkat saja seperti orang bloaE?on. Kelihatannya dia memang ingin mengajak aku terus bercakap-cakap karena takut pergi tidur sendirian ke kamarnya. Namun karena melihat aku menguap, Tante Ratih pergi ke kamar dan kembali membawa bantal, selimut dan sarung. Di rumah aku biasanya memang tidur hanya memakai sarung karena penisku sering tidak mau kompromi. Tertahan celana dalam saja bisa menyebabkan aku merasa tidak enak bahkan kesakitan. Tante Ratih sudah masuk ke kamarnya dan aku baru menanggalkan baju sehingga hanya tinggal singlet dan meloloskan celana blujins dan celana dalamku menggantinya dengan sarung ketika hujan disertai angin kencang terdengar di luar. Aku membaringkan diri di sofa dan menutupi diri dengan selimut wol tebal itu ketika suara angin dan hujan ditingkah gemuruh guntur dan petir sabung menyabung. Angin juga semakin kencang dan hujan makin deras sehingga rumah itu seperti bergoyang. Dan tiba-tiba listrik mati sehingga semua gelap gulita.

Kudengar suara Tante memanggil di pintu kamarnya.
aEsYa, Tante?aEt
aEsTolong temani Tante mencari senteraEt.
aEsDimana Tante?aEt, aku mendekat meraba-raba dalam gelap ke arah dia.
aEsBarangkali di laci di dapur. Tante mau ke sana.aEt Tante baru saja menghabiskan kalimatnya saat tanganku menyentuh tubuhnya yang empuk. Ternyata persis dadanya. Cepat kutarik tanganku.
aEsSaya kira kita tidak memerlukan senter Tante. Bukankah kita sudah mau tidur? Saya sudah mengantuk sekali.aEt
aEsTante takut tidur dalam gelap DitaEt.
aEsGimana kalau saya temani Tante supaya tidak takut?aEt, aku sendiri terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulutku, mungkin karena sudah mengantuk sangat. Tante Ratih diam beberapa saat.
aEsDi kamar tidur Tante?aEt, tanyanya.
aEsYa saya tidur di bawahaEt, kataku. aEsdi karpet di lantai.aEt Seluruh lantai rumahnya memang ditutupi karpet tebal.
aEsDi tempat tidur Tante saja sekalian asal aE|.. aEs
Aku terkesiap. aEsA aE| asal apa Tante?aEt
aEsAsal kamu jangan bilang sama teman-temanmu, Tante bisa dapat malu besar. Dan juga jangan sekali-kali bilang sama ibumuaEt.
aEsAh buat apa itu saya bilang-bilang? Tidak akan, TanteaEt. Dalam hati aku melonjak-lonjak kegirangan. Tak kusangka aku bakalan dapat durian runtuh, berkesempatan tidur di samping Tante Ratih yang cantik banget. Siapa tahu aku nanti bisa nyenggol-nyenggol dia sedikit-sedikit.

Meraba-raba seperti orang buta menjaga jangan sampai terantuk ke dinding aku kembali ke sofa mengambil selimut dan bantal, lalu kembali meraba-raba ke arah Tante Ratih di pintu kamarnya. Cahaya kilat dari kisi-kisi di puncak jendela membantu aku menemukan keberadaannya dan dia membimbing aku masuk. Badan kami berantuk saat dia menuntun aku ke tempat tidurnya dalam gelap. Ingin sekali aku merangkul tubuh empuknya tetapi aku takut dia marah. Akhirnya kami berdua berbaring berjajar di tempat tidur. Selama proses itu kami sama menjaga agar tidak terlalu banyak bersentuhan badan. Perasaanku tak karuan. Baru kali inilah aku pernah tidur dengan perempuan bahkan dengan ibuku sendiripun tak pernah. Perempuan cantik dan seksi lagi.

aEsKamu itu kurus tapi badanmu kok keras Dit?aEt bisiknya di sampingku dalam gelap. Aku tak menjawab.
aEsSeandainya kau tahu betapa ******-ku lebih keras lagi sekarang ini,aEt kataku dalam hati. Aku berbaring miring membelakangi dia. Lama kami berdiam diri. Kukira dia sudah tidur, yang jelas aku tak bisa tidur. Bahkan mataku yang tadinya berat mengantuk, sekarang terbuka lebar.

aEsDit,aEt kudengar dia memecah keheningan. aEsKamu pernah bersetubuh?aEt
Nafasku sesak dan mereguk ludah.
aEsBelum Tante, bahkan melihat celana dalam perempuanpun baru sekali.aEt Wah berani sekali aku.
aEsCelana dalam Tante?aEt
aEsHmmhaEt.
aEsKamu mau nanggelin Dit?aEt dalam gelap kudengar dia menahan tawa.
Aku hampir-hampir tak percaya dia mengatakan itu.
aEsNanggelin celana dalam Tante?aEt
aEsIya. Tapi jangan dibilangin siapapun.aEt
Aku diam agak lama.

aEsTakutnya nanti bilah saya tidak mau kendor TanteaEt.
aEsNanti Tante kendorinaEt.
aEsSama apa?aEt
aEsYa tanggelin dulu. Nanti bilahmu itu tahu sendiri.aEt Suaranya penuh tantangan.

Dan akupun berbalik, nafsuku menggelegak. Aku tahu inilah kesempatan emas untuk melampiaskan hasrat berahiku yang terpendam pada perempuan cantik-seksi selama bertahun-tahun usia remajaku. Rasanya seperti aku dapat peluang emas di depan gawang lawan dalam satu pertandingan final kejuaraan besar melawan kesebebelasan super kuat, dimana pertandingan bertahan 0-0 sampai menit ke-85. Umpan manis disodorkan penyerang tengah ke arah kiri. Bola menggelinding mendekati kotak penalti. Semua mengejar, kiper terjatuh dan aku tiba lebih dulu. Dengan kekuatan penuh kulepaskan tembakan geledek. GOL! Begitulah rasanya ketika aku tergesa melepas sarungku dan menyerbu menanggalkan celana dalam Tante Ratih. Lalu dalam gelap kuraih kaitan BH dipunggungnya, dia membantuku. Kukucup mulutnya. Kuremas buah dadanya dan tak sabaran lagi kedua kakiku masuk ke celah kedua pahanya. Kukuakkan paha itu, kuselipkan paha kiriku di bawah paha kanannya dan dengan satu tikaman kepala kontolku menerjang tepat akurat ke celah labianya yang basah. Saya tancapkan terus. MASUK!

Aku menyetubuhi Tante Ratih begitu tergesa-gesa. Sambil menusuk liang vaginanya kedua buah dadanya terus kuremas dan kuhisap dan bibirnya kupilin dan kulumat dengan mulutku. Mataku terbeliak saat penisku kumaju-mundurkan, kutarik sampai tinggal hanya kepala lalu kubenam lagi dalam mereguk nikmat sorgawi vaginanya. Kenikmatan yang baru pertama kalinya aku rasakan. Ohhhhh aE| Ohhhhh aE|.

Tetapi malangnya aku, barangkali baru delapan kali aku menggenjot, itupun batang kemaluanku baru masuk dua pertiga sewaktu dia muntah-muntah dengan hebat. Spermaku muncrat tumpah ruah dalam lobang kewanitaannya. Dan akupun kolaps. Badanku penuh keringat dan tenagaku rasanya terkuras saat kusadari bahwa aku sudah knocked out. Aku sadar aku sudah keburu habis sementara merasa Tante Ratih masih belum apa-apa, apalagi puas.

Dan tiba-tiba listrik menyala. Tanpa kami sadari rupanya hujan badai sudah reda. Dalam terang kulihat Tante Ratih tersenyum disampingku. Aku malu. Rasanya seperti dia menertawakan aku. Laki-laki loyo. Main beberapa menit saja sudah loyo.
aEsLain kali jangan terlampau tergesa-gesa dong sayangaEt, katanya masih tersenyum. Lalu dia turun dari ranjang. Hanya dengan kimono yang tadinya tidak sempat kulepas dia pergi ke kamar mandi, tentunya hendak cebok membersihkan spermaku yang berlepotan di celah selangkangannya.

Keluar dari kamar mandi kulihat dia ke dapur dan akupun gantian masuk ke kamar mandi membersihkan penis dan pangkal penisku berserta rambutnya yang juga berlepotan sperma. Habis itu aku kembali ke ranjang. Apakah akan ada babak berikutnya? Tanyaku dalam hati. Atau aku disuruh kembali ke sofa karena lampu sudah nyala?

Tante Ratih masuk ke kamar membawa cangkir dan sendok teh yang diberikan padaku.
aEtApa ini Tante?aEt
aEsTelor mentah dan madu lebah pengganti yang sudah kamu keluarkan banyak tadiaEt, katanya tersenyum nakal dan kembali ke dapur.
Akupun tersenyum gembira. Rupanya akan ada babak berikutnya. Dua butir telur mentah itu beserta madu lebah campurannya kulahap dan lenyap kedalam perutku dalam waktu singkat. Dan sebentar kemudian Tante kembali membawa gelas berisi air putih.

Dan kami duduk bersisian di pinggir ranjang.
aEsEnak sekali TanteaEt, bisikku dekat telinganya.
aEsTelor mentah dan madu lebah?aEt, tanyanya.
aEsBukan. Meqi Tante enak sekali.aEt
aEsMau lagi?aEt tanyanya menggoda.
aEsIya Tante, mau sekaliaEt, kataku tak sabar dengan melingkarkan tangan di bahunya.
aEsTapi yang slow ya Dit? Jangan buru-buru seperti tadi.aEt
aEsIya Tante, janjiaEt.

Dan kamipun melakukannya lagi. Walau di kota kabupaten aku bukannya tidak pernah nonton filem bokep. Ada temanku yang punya kepingan VCD-nya. Dan aku tahu bagaimana foreplay dilakukan. Sekarang aku coba mempraktekkannya sendiri. Mula-mula kucumbu dada Tante Ratih, lalu lehernya. Lalu turun ke pusar lalu kucium dan kujilat ketiaknya, lalu kukulum dan kugigit-gigit pentilnya, lalu jilatanku turun kembali ke bawah seraya tanganku meremas-remas kedua payudaranya. Lalu kujilat belahan vaginanya. Sampai disini Tante Ratih mulai merintih. Kumainkan itilnya dengan ujung lidahku. Tante Ratih mengangkat-angkat panggulnya menahan nikmat. Dan akupun juga sudah tidak tahan lagi. Penisku kembali tegang penuh dan keras seakan berteriak memaki aku dengan marah aEsCepatlah *******, jangan berleha-leha lagiaEt, teriaknya tak sabar. Penis yang hanya memikirkan mau enaknya sendiri saja.

Aku merayap di atas tubuh Tante Ratih. Tangannya membantu menempatkan bonggol kepala penisku tepat di mulut lobang kemaluannya. Dan tanpa menunggu lagi aku menusukkan penisku dan membenamkannya sampai dua pertiga. Lalu kupompa dengan ganas.
aEsDiiiiiiiitaEt, rengeknya mereguk nikmat sambil merangkul leher dan punggungku dengan mesra. Rangkulan Tante Ratih membuat aku semakin bersemangat dan terangsang. Pompaanku sekarang lebih kuat dan rengekan Tante Ratih juga semakin manja. Dan kupurukkan seluruh batangku sampai ujung kepada penisku menyentuh sesuatu di dasar rahim Tante. Sentuhan ini menyebabkan Tante menggeliat-geliat memutar panggulnya dengan ganas, meremas dan menghisap kontolku. Reaksi Tante ini menyebabkan aku kehilangan kendali. Aku bobol lagi. Spermaku muncrat tanpa dapat ditahan-tahan lagi. Dan kudengar Tante Ratih merintih kecewa. Kali ini aku keburu knocked out selagi dia hampir saja mencapai orgasme.
aEsMaafkan TanteaEt, bisikku di telinganya.
aEsTak apa-apa Dit,aEt katanya mencoba menenangkan aku. Dihapusnya peluh yang meleleh di pelipisku.
aEsDit, jangan bilang-bilang siapapun ya sayang? Tante takut sekali kalau ibumu tahu. Dia bakalan marah sekali anaknya Tante makanaEt, katanya tersenyum masih tersengal-sengal menahan berahi yang belum tuntas penuh. Kontolku berdenyut lagi mendengar ucapan Tante itu, apa memang aku yang dia makan bukannya aku yang memakan dia? Dan aku teringat pada kekalahanku barusan. Ke-lelakian-ku tersinggung. Diam-diam aku bertekad untuk menaklukkannya pada kesempatan berikutnya sehingga tahu rasa, bukan dia yang memakan aku tetapi akulah yang memakan dia.

Aku terbangun pada kokokan ayam pertama. Memang kebiasaanku bangun pagi-pagi sekali. Karena aku perlu belajar. Otakku lebih terbuka mencerna rumus-rumus ilmu pasti dan fisika kalau pagi. Kupandang Tante Ratih yang tergolek miring disampingku. Dia masih tidak ber-celana dalam dan tidak ber-BH. Sebelah kakinya menjulur dari belahan kimono di selangkangannya membentuk segitiga sehingga aku dapat melihat bagian dalam pahanya yang putih padat sampai ke pangkalnya. Ujung jembutnya juga kulihat mengintip dari pangkal pahanya itu dan aku juga bisa melihat sebelah buah dadanya yang tidak tertutup kimono. Aku sudah hendak menerkam mau menikmatinya sekali lagi sewaktu aku merasa desakan mau buang air kecil. Karena itu pelan-pelan aku turun dari ranjang terus ke kamar mandi.

Aku sedang membasuh muka dan kumur-kumur sewaktu Tante Ratih mengetok pintu kamar mandi. Agak kecewa kubukakan pintu dan Tante Ratih memberikan handuk bersih. Dia sodorkan juga gundar gigi baru dan odol.
aEsIni Dit, mandi saja disini,aEt katanya. Barangkali dia kira aku akan pulang ke rumahku untuk mandi? Goblok bener.
Akupun cepat-cepat mandi. Keluar dari kamarmandi dengan sarung dan singlet dan handuk yang membalut tengkuk, kedua pundak dan lengan kulihat Tante Ratih sudah di dapur menyiapkan sarapan.
aEsAyo sarapan Dit. Tante juga mau mandi dulu,aEt katanya meninggalkan aku.
Kulihat di meja makan terhidang roti mentega dengan botol madu lebah Australia disampingnya dan semangkok besar cairan kental berbusa. Aku tahu apa itu. Teh telor. Segera saja kuhirup dan rasanya sungguh enak sekali di pagi yang dingin. Saya yakin paling kurang ada dua butir telor mentah yang dikocokkan Tante Ratih dengan pengocok telur disana, lalu dibubuhi susu kental manis cap nona dan bubuk coklat. Lalu cairan teh pekat yang sudah diseduh untuk kemudian dituang dengan air panas sembari terus dikacau dengan sendok. Lezat sekali. Dan dua roti mentega berlapis juga segera lenyap ke perutku. Kumakan habis selagi berdiri. Madu lebahnya kusendok lebih banyak.

Tante tidak lama mandinya dan aku sudah menunggu tak sabar.
Dengan hanya berbalut handuk Tante keluar dari kamar mandi.
aEsTante, ini teh telornya masih adaaEt, kataku.
aEsKok tidak kamu habiskan Dit?aEt tanyanya.
aEsTante kan juga memerlukannyaaEt , kataku tersenyum lebar. Dia menerima gelas besar itu sambil tersenyum mengerling lalu menghirupnya.
aEsSaya kan dapat lagi ya TanteaEt, tanyaku menggoda. Dia menghirup lagi dari gelas besar itu. aEsTapi jangan buru-buru lagi ya?aEt katanya tersenyum dikulum. Dia menghirup lagi sebelum gelas besar itu dia kembalikan padaku. Dan aku mereguk sisanya sampai habis.

Penuh hasrat aku mengangkat dan memondong Tante Ratih ke kamar tidur.
aEsDuh, kamu kuat sekali DitaEt, pujinya melekapkan wajah di dadaku.
Kubaringkan dia di ranjang, handuk yang membalut tubuh telanjang-nya segera kulepas. Duhhh cantik sekali. Segalanya indah. Wajah, toket, perut, panggul, meqi, paha dan kakinya. Semuanya putih mulus mirip artis filem Jepang.

Semula aku ragu bagaimana memulainya. Apa yang mesti kuserang dulu, karena semuanya menggiurkan. Tapi dia mengambil inisiatif. Dilingkarkannya tangannya ke leherku dan dia dekatkan mulutnya ke mulutku, dan akupun melumat bibir seksinya itu. Dia julurkan lidahnya yang aku hisap-hisap dan perasan airludahnya yang lezat kureguk. Lalu kuciumi seluruh wajah dan lehernya. Lalu kuulangi lagi apa yang aku lakukan padanya tadi malam. Meremas-remas payu daranya, menciumi leher, belakang telinga dan ketiaknya, menghisap dan menggigit sayang pentil susunya. Sementara itu tangan Tante juga liar merangkul punggung, mengusap tengkuk, dan meremas-remas rambutku.

Lalu sesudah puas menjilat buah dada dan mengulum pentilnya, ciumanku turun ke pusar dan terus ke bawah. Seperti kemarin aku kembali menciumi jembut di vaginanya yang tebal seperti martabak Bangka, menjilat klitoris, labia dan tak lupa bagian dalam kedua pahanya yang putih. Lalu aku mengambil posisi seperti tadi malam untuk menungganginya.

Tante menyambut penisku di liang vaginanya dengan gairah. Karena Tante Ratih sudah naik birahi penuh, setiap tusukan penisku menggesek dinding liangnya tidak hanya dinikmati olehku tetapi dinikmati penuh oleh dia juga.
Setiap kali sambil menahan nikmat dia berbisik di telingaku aEsJangan buru-buru ya sayang, aE|aE|.. jangan buru-buru ya sayang.aEt Dan aku memang berusaha mengendalikan diri menghemat tenaga. Kuingat kata-kata pelatih sepakbola-ku. Kamu itu main dua kali 45 menit, bukannya cuman setengah jam. Karena itu perlu juga latihan lari marathon. Dari pengalaman tadi malam kujaga agar penisku yang memang berukuran lebih panjang dari orang kebanyakan itu jangan sampai terbenam seluruhnya karena akan memancing reaksi liar tak terkendali dari Tante Ratih. Aku bisa bobol lagi. Aku menjaga hanya masuk dua pertiga atau tiga perempat.

Dan kurasakan Tante Ratih juga berusaha mengendalikan diri. Dia hanya menggerakkan panggulnya sekadarnya menyambut kocokan batangku. Kerjasama Tante membantu aku. Untuk lima menit pertama aku menguasai bola dan lapangan sepenuhnya. Kujelajahi sampai dua pertiga lapangan sambil mengarak dan mendrible bola, sementara Tante merapatkan pertahanan menunggu serangan sembari melayani dan menghalau tusukan-tusukanku yang mengarah ke jaring gawangnya. Selama lima menit berikutnya aku semakin meningkatkan tekanan. Terkadang bola kubuang ke belakang , lalu kugiring dengan mengilik ke kiri dan ke kanan, terkadang dengan gerakan berputar. Kulihat Tante mulai kewalahan dengan taktik-ku. Lima menit berikutnya Tante mulai melancarkan serangan balasan. Dia tidak lagi hanya bertahan. Back kiri dan bek kanan bekerjasama dengan gelandang kiri dan gelandang kanan, begitupun kiri luar dan kanan luar bekerjasama membuat gerakan menjepit barisan penyerangku yang membuat mereka kewalahan. Sementara merangkul dan menjepitkan paha dan kakinya ke panggulku Tante Ratih berbisik mesra aEsjangan buru-buru ya sayang aE|. jangan tergesa-gesa ya Dit?aEt. Akupun segera mengendorkan serangan, menahan diri. Dan lima menit lagi berlalu. Lalu aku kembali mengambil inisiatif menjajaki mencari titik lemah pertahanan Tante Ratih. Aku gembira karena aku menguasai permainan dan lima menit lagi berlalu. Tante Ratih semakin tersengal-sengal, rangkulannya di punggung dan kepalaku semakin erat. Dan aku tidak lagi melakukan penjajakan. Aku sudah tahu titik kelemahan pertahanannya. Sebab itu aku masuk ke tahap serangan yang lebih hebat. Penggerebekan di depan gawang. Penisku sudah lebih sering masuk tiga perempat menyentuh dasar liang kenikmatan Tante Ratih. Setiap tersentuh Tante Ratih menggelinjang. Dia pererat rangkulannya dan dengan nafas tersengal dia kejar mulutku dengan mulutnya dan mulut dan lidah kamipun kembali berlumatan dan kerkucupan.
aEsDitaEt, bisiknya. “Punyamu panjang sekali.”
aEsMemek Tante tebal dan enak sekaliaEt, kataku balas memuji dia. Dan pertempuran sengit dan panas itu berlanjut lima lalu sepuluh menit lagi. Lalu geliat Tante Ratih semakin menggila dan ini menyebabkan aku semakin gila pula memompa. Aku tidak lagi menahan diri. Aku melepaskan kendali syahwat berahiku selepas-lepasnya. Kutusuk dan kuhunjamkan kepala ******-ku sampai ke pangkalnya berkali-kali dan berulang-ulang ke dasar rahimnya sampai akhirnya Tante Ratih tidak sadar menjerit aEsoooooohhhhhhaE|aEt . Aku terkejut, cepat kututup mulutnya dengan tanganku, takut kedengaran orang, apalagi kalau kedengaran oleh ibuku di sebelah. Sekalipun demikian pompaanku yang dahsyat tidak berhenti. Dan saat itulah kurasakan tubuh Tante Ratih berkelojotan sementara mulutnya mengeluarkan suara lolongan yang tertahan oleh tanganku. Dia orgasme hebat sekali.

aEsSudah Dit, Tante sudah tidak kuat lagiaEt, katanya dengan nafas panjang-singkatan setelah mulutnya kulepas dari bekapanku. Kulihat ada keringat di hidung, di kening dan pelipisnya. Wajah itu juga kelihatan letih sekali. Aku memperlambat lalu menghentikan kocokanku. Tapi senjataku masih tertanam mantap di memek tebalnya.

aEsEnak Tante?aEt, bisikku.
aEsIya enak sekali Dit. Kamu jantan. Sudah ya? Tante capek sekaliaEt, katanya membujuk supaya aku melepaskannya. Tapi mana aku mau? Aku belum keluar, sementara batang kelelakianku yang masih keras perkasa yang masih tertancap dalam di liang kenikmatannya sudah tidak sabaran hendak melanjutkan pertempuran.
aEsSebentar lagi ya Tante,aEt kataku meminta , dan dia mengangguk mengerti. Lalu aku melanjutkan melampiaskan kocokanku yang tadi tertunda. Kusenggamai dia lagi sejadi-jadinya dan berahinya naik kembali, kedua tangannya kembali merangkul dan memiting aku, mulutnya kembali menerkam mulutku. Lalu sepuluh menit kemudian aku tak dapat lagi mencegah air mani-ku menyemprot berkali-kali dengan hebatnya, sementara dia kembali berteriak tertahan dalam lumatan mulut dan lidahku. Liang vaginanya berdenyut-denyut menghisap dan memerah sperma-ku dengan hebatnya seperti tadi. Kakinya melingkar memiting panggul dan pahaku.

Persetubuhan nikmat diantara kami ternyata berulang dan berulang dan berulang dan berulang lagi saban ada kesempatan atau tepatnya peluang yang dimanfaatkan.
Suami Tante Ratih Om Hendra punya hobbi main catur dengan Bapakku. Kalau sudah main catur bisa berjam-jam. Kesempatan itulah yang kami gunakan. Paling mudah kalau mereka main catur di rumahku. Aku datangi terus Tante Ratih yang biasanya berhelah menolak tapi akhirnya mau juga. Aku juga nekad mencoba kalau mereka main catur di rumah Tante Ratih. Dan biasanya dapat juga walau Tante Ratih lebih keras menolaknya mula-mula. Hehe kalau aku tak yakin bakalan dapat juga akhirnya manalah aku akan begitu degil mendesak dan membujuk terus.

Tiga bulan kemudian sesudah peristiwa pertama di kala hujan dan badai itu aku ketakutan sendiri. Tante Ratih yang lama tak kunjung hamil, ternyata hamil. Aku khawatir kalau-kalau bayinya nanti hitam. Kalau hitam tentu bisa gempar. Karena Tante Ratih itu putih. Om Hendra kuning. Lalu kok bayi mereka bisa hitam? Yang hitam itu kan si Didit. Hehehehe aE| tapi itu cerita lain lagilah.
Untuk cerita ini cukuplah sekian dulu.
TAMAT

SON FUCK MOTHER
GIRL AND FATHER
FREE BLACKBERRY SEX
TURKY SEX 3GP
IPHONE Downloads
TOP FREE DOWNLOAD
FULL HOT TEEN
BERBAGI ISTRI
GIRL FRIEND
TOP WAPSITE